ACEH BAGAIKAN SEORANG IBU [STEEMPRESS #26]


source.img

Selamat malam tuan dan puan steemian's, semoga sehari penuh yang anda lewati penuh dengan kebahagian, pada malam yang berbahagia ini saya ingin berbagi sedikit analisis saya dan semoga analisa ini bisa menjadi pijakan berpikir tuan dan puan sekalaian.

Sebenarnya aceh tidak ada keributan soal pemilu presiden, bukan seperti didaerah - daerah lain apalagi di jantung ibukota Jakarta yang saling mengonggong dan saling menghujat satu sama lain. Seharusnya Aceh sudah bisa tertawa melihat "perang medsos" yang sedang marak sekarang ini, menjelang pilpres 2019. Dulu saat Aceh dilanda konflik besar, Jakarta tertawa melihat Aceh, ironisnya begitu. Sekarang malah kebalikan, Aceh dan provinsi - provinsi yang lain sebenarnya kagum melihat perang dingin yang terjadi dijakarta. Jakarta yang saat ini sedang memperebutkan kekuasaan, yaitu kursi presiden, bermacam cara dilakukan, trik dan intrik tingkat dewa sedang terjadi di jakarta, ada yang pro pemerintah ada yang juga oposisi.

Coba kita renungkan efek apa yang terjadi jika Jakarta di pimpin oleh orang - orang yabg benar, dan efek apa yang terjadi bila di pimpin oleh orang - orang yang salah, pasti kita semua punya jawaban masing - masing. Masyarakat Aceh hanya ingin kemerdekaan dari Indonesia sejak Hasan Tiro mendeklarasi Aceh Merdeka pada tahun 1976 di gunung halimon, dari saat itulah tekat Aceh untuk berdiri sendiri di atas dikaki sendiri bukan hal yang dinafikan oleh Jakarta.


source.img

Mereka (Jakarta - Indonesia) memeras otak memikirkan Aceh supaya tidak merdeka, karena Jakarta tahu bahwa Aceh ini diibaratkan seorang ibu dalam sebuah keluarga. Maka artinya, jika Aceh pergi meninggalkan Indonesia maka sekeluarga akan berantakan, begitulah kira - kira maknanya. Tapi sayang, Allah tidak mentakdirkan Aceh ini menjadi sebuah negara merdeka, Allah hanya mengizinkan masyarakat Aceh untuk tetap berjabat tangan dengan Indonesia, itu sudah ketentuan Allah, tidak boleh di bolak - balikkan. Rakyat Aceh harus mengerti itu, dan menerima dengan ikhlas, dan harus mengambil hikmah dari segala sesuatu yang terjadi. Menurut hemat saya, jika Allah mengizinkan Aceh menjadi sebuah negara, maka provinsi - provinsi lain juga ingin berpisah dengan negara republik Indonesia. Dan bagi masyarakat aceh mungkin sampai saat ini pula masyarakat masih saling memperebutkan kursi kekuasaan, lihat saja pasca damai helsinki, para pemimpin kita di Aceh, hanya banyak menuruti luhur, yakni memperkaya diri sendiri, anak - anaknya sendiri, saudara - daudaranya, dan kelompok - kelompoknya sendiri. Itu menunjukkan bahwa kita belum pasta untuk memerdekakan negri tercinta ini. Seharusnya kita lebih dulu memerdekakan diri sendiri, maka dengan itu Allah akan memberi jalan terbaik untuk kita semua dengan tetap menjalin hubungan baik dengan Indonesia.

Tapi sebenarnya, ngomong - ngomong soal pilpres 2019, saat ini kita melihat bahwa Aceh ini punya sikap patriotik atas segala sesuatu yang terjadi di Jakarta. Aceh juga masih membantu berpikir untuk Jakarta, itulah hebatnya Aceh. Tidak ada yang tidak mengerti pemikiran rakyat Aceh, jika mereka mengulas sejarah - sejarah masalalu. Jika orang tua - tua dulu bilang : "Ureng Aceh menyoe beuhe - beuhe, pengaseh, caroeng, patoeh keu Raja, ta'at keu agama". Begitulah potret Aceh oleh orang - orang terdahulu.

Maka dalam kesempatan ini, marilah kita memikirkan yang terbaik untuk bangsa ini melalui moment pemilu 2019, jangan sampai kita dikuasai oleh bangsa asing dan aseng, cegahlah perpecahan dan satukan tekad untuk menuju kearah yang lebih baik.

Sekian dan semoga bermamfaat.


 
SALEUM MEUTALOE SYEDARA

@hermanlc


Posted from my blog with SteemPress : http://hermanlc.epizy.com/wp/2018/08/29/aceh-bagaikan-seorang-ibu-steempress-26/
H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center