Kampanye imunisasi terus-menerus dilakukan Kementerian Kesehatan Indonesia bersama Dinas Kesehatan di semua Provinsi. Dua bulan ke depan tahun ini, sebanyak 1,6 juta anak Aceh menjadi target imunisasi mencegah Campak dan Rubella.
Apa pentingnya? Aku juga baru tahu setelah mengikuti “Sosialisasi Kampanye Imunisasi Campak dan Rubella untuk Media” yang digelar UNICEF, Dinas Kesehatan Aceh dan PKBI di Banda Aceh, Rabu kemarin. Kegiatan diikuti oleh beberapa jurnalis di Banda Aceh menghadirkan dua narasumber, Dr Fatah dari Dimas Kesehatan, Tgk Faisal Ali dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh dan pihak UNICEF.
dr Fatah mengatakan Campak dan Rubella hampir mirip gejalanya tapi berbeda akibatnya. Rubella lebih parah, pencegahannya hanya bisa dilakukan dengan imunisasi, cukup sekali untuk seumur hidup. Lihat gambar berikut (bahan presentasi dr Fatah):
Rubella sangat berbahaya, janin yang ditularkan oleh ibunya selama masa kehamilan akan lahir dengan cacat yang tak ada obatnya selain imunisasi. Bayi berpotensi mengindap kebutaan, tuli dan kebocoran jantung. Imunisasi Campak dan Rubella menjadi penting untuk memutus mata rantai penyakit itu bagi generasi Aceh dan Indonesia umumnya di masa mendatang.
Imunisasi serentak secara nasional digelar Agustus dan September 2018. Ada sebanyak 1,6 juta anak Aceh usia 9 bulan sampai 14 tahun yang disasar sebagai target. Kenapa anak-anak? karena mereka paling rawan terkena penyakit yang disebabkan virus itu.
Tanpa imunisasi, jika satu anak terkena maka dia berpotensi tersebar kepada 10 anak lainnya, begitu seterusnya dan terjadi dalam waktu singkat. Imunisasi yang menciptakan penangkal bagi penyakit ini, akan memutus mata rantai penyebaran.
Sasaran imunisasi untuk 1,6 juta anak menjadi target berat karena hanya mempunyai waktu selama 60 hari. Lagi pula vaksin Campak dan Rubella harus diberikan melalui jarum suntik, beda dengan vaksin polio yang tetes. “Tapi kita telah siap, sebanyak 50 persen vaksin telah dikirim ke daerah-daerah,” kata Fatah.
Berpatokan pada data tiga tahun terakhir terhadap cakupan imunisasi lengkap 2015 – 2017 di Aceh, umumnya berada di bawah angka 80 persen, jauh di bawah angka rerata nasional, 92 persen. Temuan di lapangan, berbagai macam alasan penolakan imunisasi oleh orangtua kepada anaknya, seperti takut sakit, pos terlalu jauh, kesibukan orangtua dan takut anaknya demam.
Karena dasar itu pula, sebagian wilayah kabupaten/kota di Aceh masuk dalam kategori berisiko tinggi dalam penyebaran penyakit menular termasuk Campak dan Rubella, sesuai data yang dirilis UNICEF baru-baru ini.
Berdasarkan kenyataan tersebut, diharapkan semua pihak dapat melakukan kampanye dan sosialisasi, agar target tercapai agar warga terhindar dari wabah mematikan itu.
Program imunisasi Campak dan Rubella termasuk telat di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain. Tahun ini, target nasional menyasar sebanyak 32 juta anak Indonesia, sebanyak 50 persennya berada di Pulau Sumatera. Pada Agustus dan September 2017 lalu, telah dilakukan di Pulau Jawa dengan target sekitar 35 juta anak.
Postingan ini bagian dari upaya kampanye imunisasi Campak dan Rubella, demi generasi kita. []
@abuarkan
Adi Warsidi
Posted from my blog with SteemPress : http://adiwarsidi.com/memutus-laju-virus-campak-dan-rubella/