Tampak mendung menerung bumi, haru larut terbaluk kalut dengan takut. bediri terpaku menatap jiwa yang penuh rindu di balik dahaga raga yang sendu merayu. Indahnya alam membuatku terpaku seakan dunia ini hanya untuk ku. Sejenak kupejamkan mata kekagumanku sulit untuk ku pendam, desin angin berirama di pengunungan berlalu melewatiku.
Haliliyan menggelegar dan daun-daun jatuh berguguran sehelai demi sehelai. Saat langit biru dengan cepat menghilang dan kawanan burung meninggalkan sarang. Rintih hujan berjatuhan dan pohong yang tumbang meninggalkan akar, di saat awan hitam semakin mengembang. Ku berharap badai datanglah untuk menghentak kegersangan, hujan bawalah air untuk menyirami kekeringan dan mentari terbitlah sehingga suramnya alam dapat berubah.
Gerimis ilusin di atas danau yang tawar, di mana jiwa tidak mengingat rumah. Pahatan gunung membelah langit berselimut dingin bermandikan kabut. Angin dingin kelam berbisik di ikuti kabut putih menghapus warna mentari. Ku sadari waktu mulai beranjak di sanalah sanubari mulai berdetak, tersirat dengan jelas dalam awan hitan yang datang untuk memanyungi bumi.