PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA

PENDAHULUAN
Pada hakikatnya belajar adalah suatu proses usaha yang dapat dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan-perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto 2010). Belajar terjadi karena adanya interkasi stimulus dan respon dan ditandai dengan perubahan tingkah laku. Guru memberikan stimulus atau rangsangan dalam kegiatan pembelajaran berupa pikiran, motivasi kepada siswa. Sedangkan respon dimunculkan oleh siswa dalam pembelajaran berupa gerakan atau tindakan setelah guru memberikan stimulus.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkup lingkaran belajar (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1). Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik (Warsita 2008: 85). Sehingga, pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan guru serta sumber belajar yang tujuannya membuat peserta didik belajar atau kegiatan untuk membelajarkan peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik dan pendidik. Pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari hasil belajar siswa.
Hasil belajar sangat erat dengan belajar atau proses kegiatan pembelajaran.. Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan pesikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar ( Susanto 2013: 5). Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa sebagai tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi yang ada disekolah melalui tes atau mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu yang dinyatakan dalam skor.
Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara-cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan Ilmu Pengetahuan Alam tidak hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses-proses penemuan (Sulistyorini, 2007: 39). Sedangkan menurut Iskandar (2001: 2), IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa yang terjadi dialam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang ditujukan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam disekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui rangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
Seperti yang disebutkan dalam pengertian IPA begitu pentingnya suatu pengamatan dan pemecahan masalah dalam mata pelajaran IPA. Dalam proses pembelajaran IPA siswa seharusnya diajarkan tentang bagaimana cara memecahkan suatu masalah. Dengan siswa diajak untuk memecahkan masalah, siswa dapat memahami pengetahuan baru yang akan siswa dapatkan. Tetapi, pada kenyataan pada proses belajar mengajar dikelas, guru hanya memeberikan materi dan belum ada tindak lanjut untuk melibatkan siswa lebih aktif dan kreatif tentang materi yang siswa pelajari secara langsung. Sehingga siswa hanya menerima materi yang disampaikan oleh guru, siswa hanya mendengarkan, mencatat dan menghafal tentang materi yang mereka dapatkan melalui penjelasan guru.
Salah satu contoh dapat dilihat dari observasi awal yang dilakukan di SD Negeri Gondorio 02. Dari hasil pengamatan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kelas IV Negeri Gondorio 02 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran IPA, diantaranya siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami mata pelajaran IPA Minat siswa terhadap kegiatan belajar masih sangat kurang. Siswa menjadi pasif karena tidak terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Akibatnya siswa enggan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang antusias dalam belajar sehingga berdampak ke hasil belajar siswa. Akibatnya hasil belajar siswa kurang memuaskan dan kurang maksimal.
Dilihat dari observasi awal terdapat beberapa permasalahan dari pembelajaran. Permasalahan pertama, guru mengajar masih menggunakan komunikasi satu arah atau yang sering disebut dengan metode ceramah. Dengan menggunakan metode ceramah selama jam pelajaran berlangsung membuat siswa melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung, karena siswa tidak terlibat secara aktif dan langsung dalam pembelajaran tersebut. Akibatnya siswa mencari kesibukan sendiri misalnya : mengganggu teman yang lain, bermain sendiri, dan memikirkan hal-hal diluar jam belajar. Siswa menjadi jenuh karena dalam pembelajaran guru tidak merangsang siswa untuk aktif dan dapat mengeluarkan pendapatnya. Siswa hanya memonton, mendengar, mencatat, dan menghafal. Sehingga siswa menjadi lebih sulit dalam memahami materi yang guru berikan. Permasalahan kedua, kurangnya media pembelajaran yang dipakai oleh guru dalam mengajar. Dengan menggunakan media pemebelajaran, guru dapat merangsang antusias belajar siswa. Dengan menggunakan media belajar yang menarik siswa menjadi senang dalam belajar karena mereka menemuka hal baru dalam pelajaran tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan tindakan kelas berupa pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual. Model pembelajaran kooperatif melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok (Slavin dalam Komalasari 2013:62).
Sehubungan dengan latar belakang masalah, ditemukan permasalahan yaitu terdapat beberapa siswa kelas IV khususnya pada pelajaran IPA yang hasil belajarnya belum mencapai KKM, kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan siswa cenderung pasif saat proses pembelajaran. Dengan demikian, inti masalah penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagaimana model Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Gondorio 02 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2017/2018? (2) Apakah model Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Gondorio 02 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2017/2018?
Berdasarkan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk : (1) Melalui model Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual dapat menjelaskan bagaimana model Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Gondorio 02 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2017/2018, (2) Melalui model Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Gondorio 02 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2017/2018. Dari tujuan yang telah dikemukakan tersebut, hasil penelitian inipun diharapkan mampu memberikan manfaat, khususnya pada bidang pendidikan, dengan menjadikan metode pembelajaran inquiry sebagai salah satu metode yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA.
Mencermati persoalan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan harapan siswa dapat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar IPA. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas IV SD Negeri Gondorio 02 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.

KAJIAN PUSTAKA
Model Pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhadi, 2009:16). Dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah ini semua siswa dituntut aktif dalam pembelajaran. Dengan menggunakan model Problem Based Learning siswa dapat menemukan pengetahuan pengetahuan baru berdasarkan diskusi bersama kelompoknya. Siswa akan lebih memahami jika mereka dapat menemukan pengetahuan sendiri. Sehingga dengan menggunakan model Problem Based Learning mendorong siswa untuk bekerja memecahkan masalah yang ada. Siswa akan berpikir aktif tentang bagaimana cara memecahkan masalah tersebut. Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA. Sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
Suprihatiningrum (2013:65-66) memberi pengertian bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Ibrahim dan Nur dalam Trianto (2011:241) mengemukakan pembelajaran berbasis masalah atau istilah asingnya problem based learning merupakan model pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar dan bagaimana belajar. Dari beberapa pendapat mengenai pengertian Problem Based Learning maka dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa dalam melakukan pemecahan masalah berdasarkan pengamatan pada dunia nyata yang memerlukan pemikiran tingkat tinggi yang bertujuan untuk melatih siswa berfikir kritis, memecahkan masalah serta menemukan pengetahuan baru berdasarkan masalah yang mereka pecahkan.
Ciri-ciri model Problem Based Learning menurut Ibrahim dan Nur dalam Putra (2013:73) sebagai berikut: 1) pengajuan pertanyaan atau masalah. 2) berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu. 3) penyelidikan autentik. 4) menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. 5) kerjasama.
Beberapa langkah (sintaks) model pembelajaran Problem Based Learing yaitu : Pertama, orientasi siswa kepada masalah. Kedua mengorganisasikan siswa untuk belajar. Ketiga, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Kelima, menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Dalam pembelajaran berbasis masalah atau sering disebut Problem Based Learning ini memperlukan adanya media pembelajaran yang bertujuan sebagai alat untuk merangsang pemikiran siswa dalam pembelajaran. Media yang digunakan dalam metode Problem Based Learning ini adalah media Audiovisual. Djamarah dan Zain (2006:124-125) menjelaskan bahwa media audiovisual yaitu media yang mempunyai unsur gambar dan suara. Media ini di-bagi kedalam dua jenis yaitu media audiovisual diam dan audiovisual gerak.
Media audiovisual memiliki beberapa kelebihan, antara lain: 1) gambar yang diproyeksikan secara jelas akan lebih menarik perhatian; 2) isi gambar berurutan, dapat dilihat berulang- ulang serta dapat diputar kembali, sesuai dengan gambar yang diinginkan; 3) gambar dapat didiskusikan tanpa terikat waktu serta dapat dibandingkan satu dengan yang lain tanpa melepas film dari proyektor; 4) relatif tidak mahal, karena dapat dipakai berulang kali; 5) pertunjukan gambar dapat dipercepat atau diperlambat; 6) dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat; 7) dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis; 8) menghemat waktu; 9) bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak.
ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa dalam melakukan pemecahan masalah berdasarkan pengamatan pada dunia nyata yang memerlukan pemikiran tingkat tinggi yang bertujuan untuk melatih siswa berfikir kritis, memecahkan masalah serta menemukan pengetahuan baru berdasarkan masalah yang mereka pecahkan dengan bantuan Audiovisual siswa akan lebih mudah dalam belajar.
Berdasarkan kajian teori yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan pemikiran jika menggunakan Dengan pemikiran jika menggunakan metode Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual diharapkan siswa akan mampu meningkatkan hasil belajar yang semula rendah akan menjadi tinggi dan siswa lebih bisa berfikir aktif, kritis, kreatif. Kemudian, siswa juga sadar akan pentingnya tujuan pembelajaran yang akan dicapai, bukan hanya sadar namun juga harus termotivasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Berbagai kajian praktis pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Trisnaningsih (2014), Utaminingsih (2014) dan Ruswinarno (2013) menunjukkan peningkatan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa kelas IV. Inovasi yang penulis dalam melakukan penelitian dengan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual adalah meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa serta prestasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, karena dalam penggunaan model PBL siswa dituntut untuk aktif dan kreatif dalam setiap proses pembelajarannya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini di lakukan bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas ini di lakukan di SD Negeri Gondorio 02 Semester II Tahun 2018/2019.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes (soal pilihan gada) dan nontes (lembar observasi). Penggunaan teknik tes untuk mendapatkan data yang berupa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, sedangkan observasi digunakan untuk mengambil data tentang pelaksanaaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inquiry. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Indikator kerbehasilan yang digunakan adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70. Hasil belajar IPA meningkat apabila di atas 80% siswa memperoleh nilai di atas KKM. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi guru dan siswa berupa penjelasan atau keterangan yang berupa data kualitatif, sedangkan data yang diperoleh berdasarkan hasil tes berbentuk angka-angka berupa data kuantitatif. Oleh karena itu, data kualitatif dan kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif dengan cara membandingkan kondisi siklusi I dan siklus II guna mengetahui peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA.
Berikut merupakan tabel hasil uji instrumen siklus 1 dan siklus 2.
Tabel 1
Uji Validitas Soal
Siklus 1
Jumlah Butir Soal Valid Tidak Valid
30 24 6
(Sumber : Olahan Data Primer)

Berdasarkan Tabel 1 terdapat 30 buti soal dengan nilai valid sebanyak 24 soal dan tidak valid sebanyak 6 soal.
Tabel 2
Uji Validitas Soal
Siklus 2
Jumlah Butir Soal Valid Tidak Valid
30 26 4
(Sumber : Olahan Data Primer)

Berdasarkan Tabel 1 terdapat 30 buti soal dengan nilai valid sebanyak 26 soal dan tidak valid sebanyak 4 soal

Tabel 3
Uji Reliabilitas
Soal Siklus 1
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
,929 ,930 30
(Sumber : Olahan Data Primer)

Tabel 4
Uji Reliabilitas
Soal Siklus 2
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
,949 ,947 30
(Sumber : Olahan Data Primer)

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I dilakukan dengan SPSS versi 16.0. Koefisien reliabilitas dapat dilihat melalui besarnya nilai Cronbach’s Alpha yang disesuaiakan dengan klasifikasi koefisien yang sudah diungkapkan. Pada siklus I soal pilihan ganda nilai Cronbach’s Alpha mencapai 0,929 berarti memiliki tingkat interpretasi yang tinggi reliabel. Sementara pada siklus II soal pilihan ganda nilai Cronbach’s Alpha mencapai 0,949 berarti memiliki tingkat interpretasi yang tinggi.

HASIL PENELITIAN
Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Gondoriop 02 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang dengan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual dapat dilihat dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Berdasarkan data yang diperoleh, tampak bahwa hasil belajar siswa mengalami perubahan yang signifikan. Bermula dari kondisi awal, terdapat 7 dari 41 siswa belum mencapai KKM (≥70), pada siklus 1 mengalami kenaikan menjadi (77,8%) siswa yang tuntas, akan tetapi pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan sehingga terdapat 34 dari 41 siswa yang mampu mencapai KKM (≥70) dengan presentase 88,9%. Pembelajaran yang dilakukan pada siklus 1 menggunakan Standar Kompetensi 7.1 menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan dapat mengubah gerak benda.
Tabel 5
Hasil BelajarSiswa Kelas IV Semester 2 SD Gondorio 02 Siklus 1
Rentang Nilai pretest Posttest
F F
93-100 - 2
86-92 - 5
79-85 - 8
72-78 - 5
65-71 1 9
0-64 40 12
Jumlah 41 41
Rata-rata 40 70
Nilai terendah 15 40
Nilai tertinggi 65 100
Jumlah siswa tidak tuntas 40 12
Jumlah siswa tuntas 1 29

(Sumber : Olahan Data Primer)
Berdasarkan tabel dan diagram di atas menunjukkan kenaikan nilai rata-rata kelas setelah adanya tindakan dari semula pretes sebesar 40% naik menjadi 70% pada postest. Pada nilai rata-rata tertulis akhir siklus I menunjukkan bahwa terdapat 71% atau 29 dari 41 siswa tuntas belajar, sedangkan 29% atau 12 dari 41 siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas belajar. Hal ini berdasarkan KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu 65. Adapun rata-rata kelas yaitu 70. Ketuntasan belajar klasikal IPA belum mencapai target yang tercantum dalam indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya 80% dari ketuntasan belajar klasikal. Untuk itu perlu dilakukan penelitian berikutnya, sehingga peneliti perlu melanjutkan penelitian ke siklus II.
Selama pembelajaran berlangsung pada pertemuan 1 dan 2 dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual berjalan dengan lancar dan baik tetapi masih terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran diantaranya siswa yang masih cenderung mencari kesibukan sendiri dan mengobrol hal-hal diluar materi, beberapa siswa masih kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran, siswa masih pasif dalam kegiatan pembelajaraan, ada beberapa siswa yang lambat dalam menerima materi. Untuk mengatasi siswa yang cenderung masih mencari kesibukan sendiri dan mengobrol hal-hal diluar materi dan beberapa siswa masih kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran dengan cara guru membimbing siswa untuk selalu fokus dalam pembelajaran karena dalam setiap akhir pembelajaran guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Selanjutnya, untuk mengatasi siswa yang masih pasif dalam kegiatan pembelajaran guru selalu memberikan rangasangan berupa pertanyaan kepada siswa sehingga siswa dapat merespon rangsangan yang diberikan oleh guru sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Selanjutnya untuk mengatasi siswa yang lambat dalam menerima materi guru memberikan perlakuan khusus kepada siswa tersebut seperti menanyakan materi yang belum di pahami.. Namun disisi lain, pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual membuat suasana kelas menjadi lebih hidup karena pembelajaran berpusat kepada siswa.
Dengan demikian diperlukan siklus 2 untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kegiatan siklus 2 diharapkan dapat mengatasi kekurangan dan masalah yang dihadapi pada siklus 1. Sehingga pada siklus 2 ini diharapkan dapat tercapai keberhasilan dan peningkatan hasil belajar.
Pelaksanaan Siklus 2 dilakukan pada hari Senin tanggal 09 April 2018. Praktek mengajar pada siklus 2 ini dilaksanakan dengan KD. 7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan atau tarikan) dapat mengubah bentuk benda.. Tabel 6 memberikan gambaran mengenai hasil pembelajaran pada siklus 2.
Tabel 6
Hasil BelajarSiswa Kelas IV Semester 2 SD Negeri Gondorio 02 01 Siklus 2
Nilai pretest dan posttest IPA Siklus II
Rentang Nilai pretest Posttest
F F
93-100 - 6
86-92 - 3
79-85 - 9
72-78 - 9
65-71 2 7
0-64 39 7
Jumlah 41 41
Rata-rata 41 74
Nilai terendah 20 40
Nilai tertinggi 70 100
Jumlah siswa tidak tuntas 39 7

(Sumber : Olahan Data Primer)
Berdasarkan tabel dan diagram di atas menunjukkan kenaikan nilai rata-rata kelas setelah adanya tindakan dari semula pretes sebesar 41% naik menjadi 74% pada postest. Pada nilai rata-rata tertulis akhir siklus II menunjukkan bahwa terdapat 83% atau 34 dari 41 siswa tuntas belajar, sedangkan 17% atau 7 dari 41 siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas belajar. Hal ini berdasarkan KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu 65. Adapun rerata kelas yaitu 76. Hal tersebut sudah mencapai tujuan yang diharapkan yaitu sudah mencapai indikator keberhasilan sekurang-kurangnya 80% siswa tuntas dan mengalami ketuntasan belajar individual sebesar ≥ 65 dalam pembelajaran IPA meningkat dengan kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa siklus II berhasil.
Pada siklus 2 ini pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Auiovisual sudah meningkat secara keseluruhan sudah baik karena dalam proses pembelajaran guru mampu menguasai pembelajaran dengan mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada siklus 1. Pada pembelajaran siklus 2 ini guru sudah membuat siswa fokus dalam pembelajaran dengan memberikan tugas kepada masing-masing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang sudah dilakukan dengan cara memberikan lembar kerja kepada masing-masing siswa dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara tertulis, dengan demikian siswa benar-benar paham dengan materi yang sudah dipelajari. Selanjutnya, guru selalu memberikan rangsangan kepada siswa berupa pertanyaan-pertanyan sesuai materi yang dipelajari sehingga terjadinya kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa yang membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran guru selalu menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum dipahami oleh siswa sehingga seluruh siswa benar-benar paham tentang materi yang dipelajari. Dengan mengatasi masalah pada siklus 1 yang diterapkan pada siklus 2 pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual membuat hasil belajar siswa meningkat pada siklus 2 dibandingkan siklus 1. Karena dapat dilihat dari siklus 2 bahwa 34 siswa kelas IV SDN Gondorio 02 telah mencapai ketuntasan belajar yang sudah ditentukan yaitu KKM ≥70. Sedangkan 7 siswa belum mencapai ketuntasan belajar yang sudah ditentukan. Tetapi pada siklus 2 ini mengalami kenaikan walaupun pelaksanaan pada siklus kedua sudah baik tetapi masih beberapa masalah yang mengganggu diantaranya masih ada beberapa siswa yang pasif dalam proses pembelajaran.
Berikut ini merupakan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA pada kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7

Data Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Data hasil belajar Siklus I Siklus II
Nilai Rata-rata 70 74
Nilai Terendah 40 40
Nilai Tertinggi 100 100
Siswa Tuntas Belajar 29 34
Siswa Tidak Tuntas Belajar 12 7
Persentase Ketuntasan 71% 83%

(Sumber : Olahan Data Primer)
Berdasarkan tabel dan diagram, terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I sampai siklus II. Pada siklus I memperoleh nilai terendah 40, rata-rata dan nilai tertinggi 100, siswa yang belum tuntas sebanyak 12 dan yang sudah tuntas sebanyak 29, pada siklus I presentase ketuntasan belajar klasikal adalah sebesar 71% namun harus dilaksanakan siklus II karena belum memenuhi indikator keberhasilan dimana ketuntasan belajar baik sekurang-kurangnya 80%.
Pada siklus II terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata sebesar 76 dengan nilai terendah 45 dan tertinggi 100, pada siklus II siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa dan siswa yang tuntas dalam belajar 34 siswa, di siklus II ini presentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 83%.
Menurut data di atas kenaikan hasil belajar serta ketuntasan klasikal dari siklus I sampai siklus II, dari 71% menjadi 83%. Terjadinya kenaikan hasil belajar dikarenakan dalam tahap pembelajaran guru melakukan kegiatan secara terencana dan sistematis.
Berdasar indikator keberhasilan yang ditetapkan, kriteria ideal ketuntasan adalah sekurang-kurangnya 80%. Berdasarkan nilai belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa presentase ketuntasan belajar klasikla belum mencapai 80%. Hal ini ditunjukkan dari ketuntasan yang dicapai hanya 71% dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 29 dari 41 siswa. Setelah dilaksanakan siklus II menunjukkan bahwa presentase ketuntasan siswa mencapai 83% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 34 dari 41 siswa.

PEMBAHASAN
Pada penelitian menggunakan media pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual ini tidak hanya hasil belajar saja yang meningkat, akan tetapi sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran juga meningkat. Sebelum dilakukan penelitian selama mengikuti pembelajaran siswa kurang aktif, kurang berani mengungkapkan pendapat, dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, dalam menyampaikan materi guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Akan tetapi setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Problem Based Learning Berbantuan media Audiovisual ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena model pembelajaran ini siswa dituntut aktif untuk memecahkan yang dihadapi, memiliki sikap disiplin dan kegiatan bekerjasama menyatukan pikiran sehingga semua siswa paham dengan materi yang dipelajari. Sehingga akan melatih siswa untuk aktif, melatih siswa untuk berpikir kritis, berani mengemukakan pendapatnya maupun idenya, dan memiliki sikap tanggung jawab terhadap tugasnya. Hal ini juga berdampak pada hasil belajar siswa karena siswa akan lebih memahami materi yang diajarkan oleh guru. Selain itu, guru juga hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator karena guru bukan satu-satunya sumber ilmu dan pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan diatas, maka model pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan media Audiovisual memberikan pengaruh pada peningkatan kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan aliran kognitif yang mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari (Darsono dalam Hamdani, 2010:23).
Peningkatan hasil belajar dan perubahan sikap belajar yang dialami siswa merupakan kelebihan dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan media Audiovisual. Selain mempunyai kelebihan, tentu juga mempunyai kekurangan dalam penerapannya. Kekurangan tersebut dialami pada proses pembelajaran karena masih adanya siswa yang masih cenderung mencari kesibukan sendiri dan mengobrol hal-hal diluar materi saat berlangsungnya kegiatan belajar, Beberapa siswa masih kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran, siswa masih pasif dalam kegiatan pembelajaraan, ada beberapa siswa yang lambat dalam menerima materi, Namun, kekurangan tersebut dapat diatasi oleh guru pada kegiatan belajar pada siklus 2 dengan cara guru membimbing siswa untuk selalu fokus dalam pembelajaran karena dalam setiap akhir pembelajaran guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Selanjutnya, untuk mengatasi siswa yang masih pasif dalam kegiatan pembelajaran guru selalu memberikan rangasangan berupa pertanyaan kepada siswa sehingga siswa dapat merespon rangsangan yang diberikan oleh guru sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Selanjutnya untuk mengatasi siswa yang lambat dalam menerima materi guru memberikan perlakuan khusus kepada siswa tersebut seperti menanyakan materi yang belum di pahami. dengan menggunakan media Audiovisual siswa lebih mudah dalam belajar karena informasi-informasi yang didapatkan dicatat dengan berdasarkan pemetaan pikiran-pikiran sehingga siswa lebih mudah dalam mempelajari kembali materi yang sudah dapatkan. Pada penggunaan media Audiovisual siswa harus sekreatif mungkin dalam mencatat informasi yang baru didapatkan. Penulisan dengan Audiovisual pemetaan-pemetaan pikiran harus jelas dan menarik, semakin jelas dalam memetakan pikiran maka semakin mudah untuk dipahami, maka dari itu siswa lebih mudah untuk memahami sehingga siswa paham dengan materi baru yang disampaikan, hal itu berdampak pada hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Pada peningkatan siklus 2 masih terdapat 2 siswa yang belum lulus KKM, hal itu disebabkan karena kedua siswa itu lambat dalam menerima materi belajar sehingga kedua siswa tersebut perlu adanya bimbingan khusus dalam memberikan materi pembelajaran. Solusi untuk mengatasi siswa yang lambat dalam menerima pelajaran adalah: guru selalu bertanya tentang materi yang belum dipahami siswa dalam setiap langkah pembelajaran, memberikan perlakuan khusus kepada siswa tersebut, siswa yang lambat dalam menerima pelajaran dikumpulkan menjadi satu deret tempat duduk. Dengan seperti itu setiap akhir penyampaian materi guru menjelaskan kembali pada siswa-siswa yang lambat dalam menerima materi yang sudah tergabung menjadi satu. Guru juga mudah dalam mengontrol siswa yang belum benar-benar paham dengan materi tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dan hasil analisis data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II, dapat diambil kesimpulan berikut:

  1. Penerapan model Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SD Negeri Gondorio 02 kecamatan Bergas Kabupaten Semarang melalui langkah-langkah sebagai berikut: a) Orientasi siswa pada situasi masalah dengan cara guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. b) Mengorganisasi siswa untuk belajar dengan cara guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah secara berkelompok. c) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok dengan cara guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai melalui diskusi kelompok dan masing-masing siswa didorong untuk mengemukakan pendapatnya. d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya dengan cara masing-masing melakukan presentasi tentang hasil diskusi, selain itu kelompok lain menanggapinya. e) Menganalisa serta mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan cara melaukan refleksi pada setiap akhir pembelajaran, masing-masing siswa ditugaskan untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.
  2. Dengan menerapkan model Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Gondorio 02 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun ajaran 2017/2018.
    Dari kesimpulan diatas terdapat saran yang diberikan antara lain : Penelitian menemukan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual terbukti mampu meningkatkan hasil belajar dan sikap dan keaktifan siswa dalam kelas. Oleh karena itu penelitian menyarankanagar guru lain menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual untuk meningkatkan pembelajaran. Model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual yang sudah diujikan disekolah bisa menjadi referensi bagi guru lain untuk menerapkannya pada materi dan mata pelajaran selain IPA.
    Untuk menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media Audiovisual ini sebaiknya guru menggunakan langkah langkah sebagai berikut : a) Orientasi siswa pada situasi masalah dengan cara guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. b) Mengorganisasi siswa untuk belajar dengan cara guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah secara berkelompok. c) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok dengan cara guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai melalui diskusi kelompok dan masing-masing siswa didorong untuk mengemukakan pendapatnya. d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya dengan cara masing-masing melakukan presentasi tentang hasil diskusi, selain itu kelompok lain menanggapinya. e) Menganalisa serta mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan cara melaukan refleksi pada setiap akhir pembelajaran, masing-masing siswa ditugaskan untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Tahap tahap tersebut membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center