Jalan pintas di anggap pantas, kalau di baca sekilas mungkin akan tertangkap oleh kita sebuah cara yang ngawur. Atau mencari cara instan untuk lebih cepat ke suatu tujuan. Ada miripnya dan ada benarnya juga dengan ceritaku nanti.
Tempat dan kejadian berada di desa Cijengkol kabupaten Bekasi. Aku di tugaskan oleh bos saya berkeliling di empat desa, seperti desa Lubang buaya, desa Burangkeng, desa Mustika jaya. Dan desa Cijengkol semua desa tersebut masih dalam wilayah Kabupaten Bekasi.
Sudah delapan tahun aku mencoba peruntunganku disini, kadang aku merasa bosan kadang juga aku merasa bersyukur sekali dengan pekerjaanku.
Aku hari kemarin merasa sombong, tepat tanggal 17 agustus, hati ini merasa sudah hafal betul lokasi dan semua jalan kelilinganku, sepertinya semua jalan semua, semua sekolahan sudah pernah aku jajaki. Ada sekolah yang hoki ada juga sekolah yang malas sekali aku berdagang di sana.
Sekolah dasar negeri Cijengkol 01, yang kini jadi tempat primadonaku. Pintu gerbangnya tak jauh dari jalan raya hanya berjarak 6 meter. Banyak para pedagang kaki lima disana, dulu sering aku di bingungkan kala aku menempatkan roda tigaku, banyak aturan disana dan tentu saja aku jadi malas untuk mengunjunginya lagi.
Hari ini tanggal 18 bulan agustus, tanpa sengaja. Saya yang sedang mencari jalan pintas, saya sampailah pada bagian belakang sekolah tersebut. Puas rasanya aku bisa menjajakan daganganku tanpa di repotkan segala aturan-aturan monopoli yang ada pintu gerbang depan.
Sambutannya sungguh meriah, minat minum susu segar pasteurisasi milik saya sangat di gemari anak-anak. Ada satu anak yang tak sabar dengan pelayananku agak lama karena sedikit kerepotan.
Dia bernama Malik, dia langganan lama saya. Karena tak sabar dia sengaja lompat pagar pembatas yang tingginya hanya 150 centimeter.
Namanya saja anak laki-laki sudah pasti gesit, dan aktif bergerak.
Aku yang sudah kangen sekali punya anak laki-laki.
Melihat geraknya, polahnya ngeri-ngeri tapi menyenangkan. Aku jadi berkhayal mungkin jika aku punya anak laki-laki, polahnya dan tingkahnya akan membuat buku kudukmu berdiri.
Tapi sepertinya aku istriku sudah tak mau lagi memberiku satu putra lagi.
Istriku punya pertimbangan sendiri, dia merasa kalau dirinya sudah tua. Besar resikonya jika usia sudah berusia lebih dari 30 tahun masih melahirkan. Karena aku menyayanginya dan aku tak mau kehilangannya, jadi apa yang dia tidak mau, aku juga tak bisa paksakan.
Yah sudahlah, pemandangan kecil ini buat saya hanya jadi harapan yang harus rela aku pendam.
I love my wife, i love you my friend
Thank you very much for your time.