Jika Wiji Thukul Tak Hilang

image
Source

Aku..
Aku adalah satu dari sekian banyak orang yang lupa akan tokoh paling punya pengaruh..
Dan kini, aku sadar..
Sadar akan tersumpalnya mulut dan telinga.

Kali ini pula, aku ingin bersuara dengan satu dua bait sajak..
Tentu ini bukanlah sajak kematian,
Ataupun sajak jenaka, apalagi masalah percintaan yang sedang gencar orang-orang bicarakan.

Ini adalah bentuk perlawanan,
Melawan lupa!
Ia Wiji Thukul,
Sang kesatria lewat sajaknya yang ber-peluru..
Lewat orasinya yang berapi-api..

Ia tak akan sembunyi dari satu rumah ke rumah lain..
Teman sejawat selundupkan ia dengan bualan-bualan pada para Jiran..
Serta orang rumah yang khawatir dimana imamnya berada.

Ah, sudahlah tak ada kabar yang membuat resah.

Rezim takut padamu, Penyair.
Tak bohong, ia takut pada bait-bait tulisanmu..
Untuk apa aku membual?
Agar membuat jiwamu senang selagi kau berada di surga?

Atau kau masih menapak di muka bumi
Namun memilih untuk berdiam diri?
Merehatkan batin dan pikiran
Atas perkara yang lalu?

Penyair, aku ingin berkisah..
Aku menyukai kebebasanmu,
Tapi aku takut,
Takut bui menanti..
Penjara menyeramkan; kata bapakku.

Tapi rupanya ada kabar,
Penjara bisa seperti apartemen..
Tak apa-apalah jika aku berontak,
Jikalau aku punya duit dan takhta..

Kubeli penjara tersebut!; tentu aku hanya bercanda..
Aku masih takut akan kejamnya rezim; sebab ibu bapak bukan antek-antek pemerintahan.

Aku berandai-andai, jikalau sang penyair masih menyeduh kopi di teras rumah.
Ataupun mengisap sebatang rokok buatan Cina, juga sembari bergundal dengan Kamerad..
Apa yang akan ia kisahkan disela-sela obrolan renyah tersebut?
Hilangnya ia di muka bumi atau rindunya ia pada orang rumah?

Tak ada yang tahu pasti..

Wiji Thukul Tidak Mati,
Ia Berlipat Ganda.
Ide-idenya Bergerilya!!

Bireuen, 6 Agustus 2018

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center