Sebuah hati yang remuk, pecah terbelah
Bisakah lagi kamu menyusunnya menjadi rumah
Rumah yang utuh tempat kita pulang
Meski hati telah pincang
Dari kaca jendela itu aku menangkap udara yang menggantung
Tidak terjatuh, tak juga terbang berlari menjadi mendung
Jika mungkin, pasti kulakukan menahan waktu dan menggamit lagi lenganmu
Lebih erat dari kemarin
Lebih jauh menyelam dari hari kemarin.
Aku memandangi punggungmu yang menjauh
Kabut luruh
Hawa dingin seperti lusuh
Aku pasti melepasmu dengan cara yang baik
Di tikungan itu kamu terbenam dengan baik
Namun hatiku tanggal
Rasaku tertinggal
Tapi di ujung jalan mimpi bayangan kita bertabrakan
Menyatu bersama alam
Diiringi ribuan malaikat di samping kita
Namun, itu hanya mimpi
Aku pamit
Atau dirimu yang pamit
Apa pun itu kita tetap pencipta dongeng terbaik
Meski hati sangat terusik