PELAJARAN PANDEMI
Beberapa waktu lalu saya menjadi juri untuk lomba baca puisi. Dua kali lomba, satu kali perkenalan. Menariknya, lomba dilaksanakan dalam aplikasi yang jika tidak terpaksa, saya enggan mengunduhnya.
Saya tipe orang yang kurang suka permainan, karena tahu rasanya tidak enak dipermainkan (#ehgimanaš¤£), maksudnya saya tidak hobi main games. Dipaksa juga percuma.
Nah aplikasi yang dipakai untuk perlombaan ini adalah aps game dan cari jodoh(???). Dua aplikasi berbeda. Begitu install, saya sempat mengerutkan kening, "Apa? Ngapain sih lomba di aplikasi cari jodoh? Dih!" Tentu saja sempat khawatir berbuntut hal yang tidak-tidak.
Tapi dengan alasan mendukung segala hal positif dan teman-teman yang sudah begitu semangat "memuliakan" puisi, maka saya mengalah untuk belajar hal baru. Iya, belajar memainkan aplikasi khusus hanya ketika event berlangsung. Soal games yang bagi-bagi kotak, mawar, beli planet, dll itu saya malas. Tidak punya cukup waktu buat emak-emak macam saya yang kerjaannya (sok) seabreg ini.
Sebelumnya, saya mendapat cerita dari salah satu sahabat yang menggunakan sebuah aplikasi daring untuk jadi host dan menghasilkan uang dari sana. Jadi sesungguhnya saya telah mendapat sedikit gambaran tentang dunia aplikasi macam itu. Dari ceritanya sih menarik, seseorang bisa berpenghasilan jutaan hanya bermodal cuap-cuap dan online berjam-jam! Tentu saja, "kabita" dengan hasilnya, tapi saya tidak tergerak untuk ikut melakukan hal yang sama. Saya tipe orang yang kurang suka daring berlama-lama. Jika harus memilih pekerjaan, saya rasa lebih baik disuruh menamatkan buku dan menulis lalu dibayar, ketimbang mantengin ponsel seharian dan dibayar. Keduanya berpotensi menghasilkan. Tapi keduanya juga pilihan.
Kembali soal penjurian, rupanya aplikasi tersebut memang populer belakangan ini, terutama sejak pandemi. Orang-orang mencari alternatif hiburan dan sumber penghasilan. Aplikasi menyediakan fitur obrolan, jadi suara peserta yang bergabung bisa terdengar jelas, terutama jika sinyal baik dan memang menempati "panggung" yang disediakan. Ada istilah "naik di atas" untuk orang-orang yang dapat giliran bicara, dan "nunggu di bawah" atau "nyimak di bawah" untuk mereka yang jadi pendengar (gak mungkin dibilang penonton, karena yang ditangkap indera adalah suara) dan kolom chat bisa dibuka-tutup oleh admin sesuai keperluan.
Pertama kali saya diajari menggunakan aplikasi itu oleh seorang gadis yang katanya dulu sempat saya nilai pada lomba baca puisi tingkat SMA se-Jabar. Pengakuannya bikin "meleleh" katanya masih ingat pada saya sebagai juri dan ingin mengajak kerjasama. Diajarinya saya dengan sabar, walau ternyata tidak terlalu sulit. Dikenalkan pada istilah-istilah yang dipakai. Waktu anak saya tahu, komentarnya begini, "Bunda itu kan aplikasi cari jodoh, ngapain Bunda install?"
Wow, pada titik tersebut tiba-tiba saya sadar usia. Begitu banyak hal yang rasanya ketinggalan dalam dunia digital. Anak saya tahu tentang aplikasi tersebut karena iklannya muncul di saat dia menggunakan aplikasi gambar digital. Dan saya tidak tahu.
Mengenai podcast sih sudah tak asing lah ya. Sudah lama orang-orang memanfaatkan teknologi untuk menelurkan kreativitas baru yang dibagikan pada khalayak. Begitupun teknologi zoom meeting dan google meet yang kian kita akrabi.
Yang jadi menarik, 2020 adalah tahun di mana semua orang berjuang bersama, mencari cara untuk bertahan hidup dan melakukan banyak penyesuaian.
Dan kini ada anak-anak muda yang kreatif justru memanfaatkan aplikasi game dan ajang cari jodoh untuk kepentingan literasi dan seni. Selain lomba baca puisi, yang saya tahu, beberapa orang juga memanfaatkan aplikasi tersebut untuk sandiwara, drama, dan "show" menyanyi. Di satu sisi saya turut bangga dan terharu. Pandangan saya bergeser, tak lagi anti dengan hal tersebut, meski tetap saja untuk aktif bermain game atau online berjam-jam masih belum bisa saya lakoni. Bukan-saya-banget-deh.
Begitulah ternyata, pelajaran pandemi bertambah panjang daftarnya. Betul kata pepatah, selalu ada hikmah dalam setiap kejadian.
Dan orang-orang kreatif selalu menemukan jalan untuk berkarya. Bravo!
Salam kreatif,
šRABā¤ļø