"Lagu 'Jak Beut' dari Apache13 ialah lagu momen tentang mengaji dalam keseharian"
Kita sering mendengar lagu-lagu yang diciptakan khusus untuk mengisi momen tertentu, kan? Contohnya pada bulan puasa, banyak musisi yang membuat lagu-lagu bertema Ramadhan. Selesai tsunami, membuat lagu kepiluan korban. Masa Referendum, diciptakan lagu-lagu heroik para pelaku gerakan. Masa kampanye parpol, diciptakan lagu-lagu politis. Tujuannya jelas untuk merebut minat pasar dalam waktu cepat dan ringkas. Hal ini mungkin terjadi karena kita tahu bahwa perhatian orang juga ditentukan oleh momen dan waktu.
Khusus untuk bulan Ramadhan, seolah sudah menjadi trend di kalangan musisi baik lokal maupun nasional bahkan internasional membuat karya-karya yang sesuai dengan kebutuhan waktu. Seperti kejar momen dan memanfaatkan momen tertentu untuk tujuan jangka pendek. Risiko awal membuat karya kejar momen ini adalah terbatasnya ruang ide sehingga memungkinkan kita menyampaikan suara karya yang hampir-hampir serupa dengan pengkarya lainnya. Keunikan dari suara karyanya agak berkurang.
Source
"Lagu 'Salam Dua Jari' dari Slank ialah lagu momen tentang mengkampanyekan Jokowi dalam pilpres Indonesia"
Risiko lainnya adalah usia karya yang tidak akan lama. Namun meskipun para musisi yang membuat lagu kejar momen ini tahu lagu-lagu bertema Ramadhan hanya bertahan satu bulan, mereka akan bertahan di kemungkinan lain. Bahwa jika beruntung, itu akan membuka jalan agar mereka (lebih) dikenal. Musisi yang paham pada usia kebutuhan pasar mungkin hanya akan menjadikan lagu bertema Ramadhan sebagai andalan, namun mereka juga mempersiapkan lagu-lagu bertema religi lainnya yang tentunya akan bertahan lebih lama.
Membuat lagu-lagu kejar momen memang wajar saja dalam berkarya. Namun perlu diingat bahwa umur karya tersebut sangat temporer. Habis waktunya, lagu yang diciptakan tersebut sudah tak relevan. Mungkin akan berguna kembali nanti, ketika momen tersebut berulang. Misal lagu bertema lebaran, akan relevan setiap lebaran tiba.
"Lagu 'Malam 1000 Bulan' dari Radja ialah lagu momen tentang bulan ramadhan"
Berbicara karya mestinya juga tidak lepas dari pertimbangan ruang dan waktu. Karya-karya temporer dan bergantung momen mungkin sudah dipertimbangkan tentang ruang dan waktu, namun kedua hal tersebut hanya berlaku singkat.
Konon untuk band panggung, menciptakan karya-karya temporer agaknya harus dipertimbangkan masak-masak. Karena rasanya sayang saja kalau lagu yang diciptakan tersebut nyatanya tidak bisa dinyanyikan di berbagai ruang dan waktu. Kan lucu kalau lagu lebaran dinyanyikan pada bulan Safar? Bukan tidak boleh, tapi tidak cocok dengan ruang, waktu dan keadaan.
"Lagu 'Bendera' dari Cokelat ialah lagu momen tentang membela negara atau kebanggaan terhadap suatu bangsa"
Mungkin salah satu cara yang bisa disiasati untuk mengisi momen tertentu adalah membuat karya yang bertema lebih universal. Momentum hanya dijadikan ruang untuk menyampaikan hal-hal umum yang berkaitan. Misalnya di saat lebaran, kita berbicara tentang keindahan silaturahmi, jadi nantinya setelah masa lebaran habis, lagu itu masih bisa dinikmati.
Sekali lagi, tidak ada salahnya sama sekali membuat lagu sesuai momen. Namun berpandai-pandailah mencuri ide dari momen tersebut sehingga karya yang kita ciptakan tidak lekas dilupakan.
Pelapor: @ikramfahmisy