"Photo by Evan Bidjeh"
Budaya Aceh tidak bisa lekang oleh balutan Agama termasuk dalam seni musik dari dulu hingga sekarang. Dalam berbagai seni, setiap syairnya bernuansa islami. Begitu pun di setiap adat serta budaya Aceh memang kental sekali terasa sentuhan nilai-nilai keagamaannya.
Menurut sejarah, sebelum Islam masuk ke Nusantara, khususnya di Aceh sudah berkembang agama Hindu yang notabenenya berasal dari India. Meskipun sudah berkembangnya Islam di Aceh, budaya Hindu tidak dimusnahkan. Melainkan diselaraskan dengan nilai-nilai keislaman. Islam masuk tidak membunuh budaya, melainkan mengendalikan budaya sesuai dengan agama Islam.
Maka dari itu, budaya yang diwariskan oleh Hindu masih ada. Misalnya alat-alat musik Rapai dan Seurune Kale yang agaknya diwarisi dari India. Dan dominannya alat tersebut jika dimainkan sering dikombinasikan dengan lirik atau syair yang isinya bernuansa islami.
Mungkin sebab keterikatan budaya dan historis itulah nada-nada lagu India lebih mudah merasuki pendengaran orang Aceh. Cengkok dan alunannya mudah meresap, seakan-akan memang demikianlah selera kita. Dari itu, janganlah kita heran jika kemudian lagu-lagu berirama plagiat dari lagu India pernah merajai belantika musik Aceh.
Melihat sejarah musik industri di Aceh, jika Ibnoe Arhas dianggap sebagai peletak batu pertama musik industri (lagu yang direkam dan dipasarkan) di Aceh, maka itu berarti sudah sejak awal perkembangan industri musik kita dirasuki lagu-lagu jiplakan irama India. Batu pertamanya sudah tidak benar. Makanya susah untuk menghilangkan plagiat di Aceh. Apalagi banyak penyanyi atau pelaku industri musik Aceh yang tidak bisa membedakan yang mana referensi dan yang mana menjiplak.
Notabenenya selalu lagu irama India yang menjadi korban. Mungkin sebab itu tadi. Para pelaku industri musik paham bahwa penikmat musik Aceh sangatlah menyukai irama India. Berulang kali kami tekankan, mengambil irama orang adalah sikap tidak terpuji. Sangat jahat. Orang lelah merenung mencari ilham, kita malah gampang saja mengambil keuntungan.
Yakin dan percayalah si plagiator itu bisa di lawan dan semoga sang pencipta memberi mereka hidayah. Semakin yakin kami dengan melihat kondisi sekarang yang sudah bermunculan karya-karya musik original. Kami yakin, teman-teman sepemahaman punya tujuan untuk menyembuhkan citra musik Aceh yang sudah sakit parah dan melawan si plagiator hingga praktik tidak terpuji itu khatam.
Pelapor: @msyauqinabawi