Cara Mensyukuri Nikmat Allah

Sahabat Steemian semua.. !!

Hidup hanya sementara begitu pula dengan Kesenangan, dan dunia bukanlah tempat yang hakiki sehingga kita Zuq dalam mengejarnya dan mengikutinya. Dan tulisan ini terutama hanya untuk mengingatkan diri saya sendiri, karena belakangan ini saya telah melampaui batas dalam mengejar mimpi yang terbatas. tulisan ini saya kutip dari sebuah buku terbitan lirboyo yang berjudul "Nalar Fiqh", dan saya tertarik untuk merangkai ulang dari tersebut.

Dalam sebuah dialog, Ali sangat akan kata-kata Alai,” Aneh sekali kelakuanmu !!, banyak sekali kritik yang kamu berikan, alangkah tajamnya sorotan pemikiranmu !!,” Ali melanjutkan pembicaraannya, “ sekarang coba kamu renungkan, apakah ada yang aneh menurutmu bila ada dua orang yang saling berbagi satu sama lain, seia-sekata, yang satu berandai bisa mencurahkan isi hatinya kepada sahabatnya itu dan yang satu lagi ingin berkorban untuk temannya walaupun nyawa taruhannya ?”.

Ali melanjutkan, “ Tahukah kamu siapa mereka berdua itu ?, mereka adalah tidak lain seorang ayah dan anak. Sang ayah sangat menyayangi anaknya sedangkan anak sangat berbakti kepada sang ayah. Tidakkah hubungan mereka itu membuat senang, Alai ?? 

Alai menjawab, “ tentu saja, demi Rab-ku !!. tidak ada yang lebih mulia daripada hubungan hati yang saling terikat dan karunia yang disyukurinya. Apakah dalam kehidupan ini  manusia bisa hidup sendiri tanpa sahabat, kerabaat, tetangga dan keluarga ?? dan bukankah pada awalnya manusia itu diciptakan sebagai makhluk sosial ??”.

Lantas Ali menyahut, “ aku melihat keyakinanmu begitu penting mengenai interaksi sosial antar makluk yang dibangun diatas pondasi saling sayang-menyayangi, saling tolong menolong, pengakuan atas jasa baik dan kebajikan”.

Alai membenarkan, "Benar."

"Terus bagaimana  pendapatmu jika ada yang mengingkari kebaikan dan jasa baik?" Ali Bertanya

Alai heran, dan berbalik tanya kepada Ali, "Apakah ada seorang yang memiliki sedikit rasa malu atau memiliki perasaan akan melakukan tindakan seperti itu?"

"Ya. Itu adalah kamu!" tandas Ali

Alai sangat marah mendengar jawaban Ali, dan ingin menghajar Ali seketika itu juga. Namun ia berpikir sejenak akan kata-kata Ali, dan meredam dirinya seraya berkata, “ Apa maksudmu “.?

Kemudian Ali menjawab, "Karena kamu mengingkari anugerah dan nikmat Allah Subhaanahu Wata'ala atasmu."

"Bagaimana hal itu bisa terjadi?" tanya Alai.

Ali berkata, "Bukankah Allah Subhaanahu Wata'ala Pemberi karunia dan anugerah?"

"Benar," tegas Alai.

"Adakah Dia berhak disyukuri atas apa yang telah diberikannya?" tandas Ali.

"Tentu," jawab Alai.

"Jika demikian, bagaimana cara mensyukri pemberian-Nya ?" kejar Ali.

Alai terdiam sejenak seraya meng-idraq (memeras otak/pikiran) dan jawaban pun tidak ditemukannya, lalu berkata dengan lirih, "Aku tidak tahu."

Wajahnya pucat dan ia pun jadi malu, Alai diam sejenak, kemudian bertanya kepada Ali, "Tolong tunjukkan kepadaku jalan untuk bersyukur kepada-Nya!"

Ali berkata, "Untuk merealisasikan rasa bersyukur, kita harus melakukan dua hal secara bersama-sama, yang Pertama, kita harus mengakui anugerah dan ihsan (kebaikan)-Nya dari hati yang paling dalam, tidak hanya dengan lisan saja. Dan untuk menunjukkan hal itu, kita harus buktikan dengan meletakkan dahimu pada tempat sujud dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Kedua, kita harus menjaga nikmat tersebut yang telah diberikan kepada kita dengan menempatkannya pada posisi-posisi yang Dia ridhai."

Alai mengimbangi, "Ucapanmu ini benar-benar tulus Ali. Aku akan berjanji di hadapan Allah Subhaanahu Wata'ala untuk tidak meninggalkan amanahnya dan nikmat-Nya selama nyawa masih bersama tubuhku. Akan tetapi aku juga punya seorang teman yang dalam masalah shalat sama seperti kondisiku saat ini. Maukah kamu menorehkan untukku beberapa untaian kata tentang hal ini yang akan aku sampaikan kepadanya? Semoga saja Allah Subhaanahu Wata'ala memberikan hidayah kepadanya dengan perantaramu, sehingga dengan shalat ia bisa menyambung kembali hubungannya yang terputus dengan Allah Subhaanahu Wata'ala. Dan hal ini adalah lebih baik bagiku daripada batu merah (harta yang paling berharga, read.).

"Dengan senang hati, dan ini merupakan kehormatan serta nikmat tiada tara bagiku (bila memenuhi permintaanmu)", sambut Ali.



Editor By : @allymcbbs


                                The Next Post .....

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center