Tulisan-tulisan terus saja butuh kekuasaan memegang pena. Bukankah kita telah belajar memegang pena dari sejak kecil, lalu apa yang membuat kita tidak bisa menghunusnya ke dalam tulisan. Tidak lihai, bukankah mereka beranjak dari kata tidak lihai atau tidak andal itu? Lalu kenapa ragu. Tidak bisa, kita semua berasal dari seorang bayi yang tidak bisa, dan tidak ada istilah tidak bisa selama kita mau.
Img. Source
Beribu buku pedoman, bermacam cara kita dapati di google, dan beratus ajnabi baik hati diluar sana yang bisa dijadikan guru, kenapa kita malu. Baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-bunyi jadikan dia sebagai gurumu, meskipun mereka tidak mengakui dirimu adalah muridnya. Dan beribu karya orang yang telah tiada yang masih layak dan enak dibaca, apakah mereka mengharapkan kau menyebutnya sebagai guru? Tidak, kawan. Hanya saja jika ada waktu hadiahi mereka para peninggal karya itu dengan bacaan alfatihah, minimal sekali basmallah dan hadiahkan kepada mereka.
Buntu, keras, tak mencair itu memang benar adanya, seakan 4 jam baru selesai 400 kata itu. Perlu peuneurah untuk meramu tulisan demi tulisan, benar tidak salah. Karena setiap permulaan pasti membutuhkan usaha yang tidak sedikit. Seperti halnya anda belajar menulis huruf atau angka saat masa kecil, tentu membutuhkan usaha yang tidak sedikit, apa kita telah paham angka sebelumnya, kan tidak. Namun semua bisa melakukannya.
Cintai bigitu juga dengan bidang lainnya yang kita cintai. Contohnya saja, Photogrpahy yang mengandung begitu banyak seni, membuat bulu kuduk siapa pun yang melihat berdiri karena takjub. Art dan lain sebagainya tentu membutuhkan usaha yang tidak sedikit untuk mencapai kata best of the best. Jika gagal? Itu tidak mengapa karena anda tidak akan dipenjara karena kegagalan anda, dan anda tidak bawa keranah hukum karena gagal anda. Paling hanya dipenjara dalam galau kenapa tidak bisa pada tahap mencairkan kebekuan imajinasi.
Terkadang kita terlalu asik dengan kesantaian dan kepraktisan atau instans. Karena itu kita menulis asal-asalan dan juga memotret asal-asalan, dengan alasan tidak dihargai, jika diri kita tidak bisa menghargai karya kita sendiri bagaimana oranga akan menghargai karya anda?
Img. Source
Percayalah dan yakinlah semua akan ternilai jika pun tidak, setidaknya kita telah mencoba menghargai diri pribadi kita sendiri.
Selamat berakhir pekan sobat, Semoga hari anda menyenagkan.
Saleum meutaloe syedara
Regards: @meudrat
Posted from my blog with SteemPress : https://darussaadahlipahrayeuk.com/meudrat/2018/08/26/asahlah-kita-berasal-dari-kata-tiada/