Tak akan mungkin jadi bara, bila tak ada api yang menyala. Puisi kangen dari Sastrawan Indonesia WS Rendra ini mampu menyihir segala lini kehidupan. Sangat mampu hadir ke tingkatan mana saja dan peristiwa apa saja.
Kata "aku tungku tanpa api" ini saya maksudkan pada kehidupan dunia dalam kampus. Sebagai salah satu orang yang tercatat namanya di sebuah perguruan tinggi (Universitas), kini nyala api (semangat gerakan) telah padam. semua suluh sifat kritis telah padam berganti nyala lampu diskotik dan bioskop. sebuah pergeseran yang jauh.
Bagaimana kabar dollar yang semakin melemahkan angka nilai tukar rupiah? Masihkah ruang akademik membicarakannya? apakah kebanyakan mahasiswa saat ini tak lagi memikirkan nasib rakyat, sampai pada nilai mata uang ini tak lagi jadi bahan diskusi penting. bagaimana nantinya efek domino pada naiknya nilai dollar ini akan berimbas pada kenaikan bahan pokok masyarakat. BBM, gas, bahan makanan pasti akan merasakan dampaknya. Kita ingin memiliki sifat ksatria, tapi kita semua telah gagal paham tentang ksatria itu seperti apa.
Sajak kangen ini juga bermaksud mengajak berziarah ke ingatan garangnya mahasiswa tempo dulu, bagaimana tajinya diperhitungkan oleh pemerintah, sampai terjadinya penggulingan tirani kekuasaan itu lewat tangan mahasiswa.
"Kau tak mengerti bagaimana kesepianku menghadapi kemerdekaan tanpa cinta" Penggalang puisi ini mengisyaratkan pada kita yang dipercayakan sebagai generasi pelanjut untuk bersama belajar kembali arti kemerdekaan. Rasa-rasanya merdeka tanpa cinta sama halnya surga tanpa isi. Percuma kita berkoar merdeka sementara jeritan rakyat makin menjadi-jadi. Kita masih punya taji?
Saya merasakan kesepian, saya siap mundur.
Makassar, 06 September 2018