Komunitas Kanot Bu. Lahir dari mulut beberapa anak muda di Banda Aceh pada akhir 2008. Mulanya dibentuk sebagai wadah diskusi tentang banyak hal, khususnya seni dan budaya, khususnya lagi tentang sastra, musik, seni rupa dan buku. Pertama sekali bikin kegiatan Januari 2009, di Pidie Jaya, yaitu kegiatan lomba baca puisi tingkat SMP, lomba bikin poster tingkat SMA, dan lomba menggambar tingkat pelajar SD.
Setelah bikin kegiatan tersebut, Komunitas Kanot Bu tidak terlibat dalam acara apa pun kecuali orang-orang di dalamnya lebih memfokuskan saling belajar menulis sambil saling hujat dan mencaci maki. Bukan hujat-hujatan serius tentu saja, tapi lebih kepada saling menyemangati untuk terus menulis dengan cara-cara paling celaka.
Efek kegiatan 2009, tahun 2010 Komunitas Kanot Bu mendapat kehormatan jadi pengisi workshop menulis yang digelar oleh masyarakat pelajar PII di Pidie Jaya. Setelah itu, lagi-lagi orang-orang di komunitas ini menggiatkan diri dalam kerja baca tulis, dan beberapa tulisan di antara orang-orangnya sudah mulai sering nangkring di koran minggu beberapa harian lokal seperti Serambi Indonesia dan Harian Aceh. Orang yang tulisannya paling banyak dimuat saat itu, alhamdulillah sudah jadi steemian juga sejak dua bulanan ini, nama akunnya; @gabrielmiswar.
Loncat ke tahun 2011, satu gelaran yang paling monumental dihelat pada tahun ini adalah Khanduri Film. Digelar di Gampong Teupin Pukat, Kec. Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya, acara ini berupa pemutaran film berjudul Gampong Lam Jurong Ingatan. Ini satu film dokumenter hasil kerja keroyokan @marxause, @fooart, @bookrak dan @gabrielmiswar, Fajri Ishak, dan yang materi-materinya berupa foto-foto lama warga kampung. Foto-foto lama tersebut dirangkai dengan video-video terkini (untuk ukuran tahun pembuatannya), yang menunjukkan cerita filmnya berupa perjalanan warga kampung tersebut dari zaman ke zaman.
Tak dinyana, film tersebut mendapat sambutan paling histeris sepanjang sejarah perfilman Teupin Pukat. Ini terbukti dengan permintaan putar ulang film tersebut selama tiga malam berturut-turut, meski tempat pemutarannya adalah tempat yang sama. Kehisterisan penyambutan film ini, tidak boleh tidak juga dipengaruhi karena adanya penampilan @fooart yang berhikayat untuk kali pertama di depan orang-orang kampungnya, sebelum pemutaran film mulai.
Tahun 2012, Komunitas Kanot Bu yang semula tak punya sekretariat, akhirnya punya titik kumpul bersama di sebuah rumah bekas smong, di kawasan Emperom, bersebelahan dengan kerangkeng karantina satwa liar kantor BKSDA. Ini adalah rumah milik keluarga tokoh besar pendidikan Aceh, yang satu dan lain hal, dipinjam-pakaikan untuk kegiatan Komunitas Kanot Bu. Persyaratan yang diajukan oleh pemiliknya ketika dipinjampakaikan itu sebagai rumah tempat berkarya, murni berkarya, terus berkarya, berkarya, karya, dan jangan pernah bikin komunitas ini berwatak seperti partai Golongan Karya zaman Orba.
Tahun berlanjut. Komunitas Kanot Bu setelah itu, kemudian bergerak sebagaimana adanya, kegiatan-kegiatan digelar, orang-orang datang dan pergi, orang-orang berkhidmat di sini, hingga sampai tulisan ini tayang, beberapa di antaranya telah jadi steemian, seperti: @burong7, @zeds, @senja.jingga, @only.home, @bookrak, @iqbalubit, @fooart, @oviyandi, @gabrielmiswar, @marxause, @kitabmaop, dan @homalamba.