hiruk pikuk dunia politik tanah air Indonesia sudah terhembus kencang sejak beberapa tahun lalu. Walaupun pemilihan Presiden masih bisa dikatakan lama, namun suasana pemilihan serentak ini sangatlah besar timbul konflik di masyarakat karena beda sudut pandang tentang calon pilihan masing-masing. Pemilu serentak adalah pemilu yang membawa aroma baru di dunia politik Indonesia.
Pemilu sebelumnya dilakukan secara terpisah antara pemilihan legislatif dan eksekutif. Banyak sekali pendapat para pakar atau pelaku politik bahwa pemilu serentak akan sangat merugikan para calon legislatif, baik itu tingkat kabupaten yaitu DPRK , tingkat daerah yaitu DPRD maupun di tingkat national yaitu DPR RI. ini dikarenakan para pemilih sebagian besar sudah lanjut usia (lansia) dan kemungkinan besar meraka tidak dapat membedakan yg mana harus dipilih karena formulir pemilihan sangatlah banyak dengan beragam warna formuir. mulai dari legislatif tingkat kabupaten, daerah, pusat, dan pemilihan presiden. Walaupun saya yang tergolong muda tetapi masih bingung dengan warna formulirnya. kelebihan pemilih muda hanyalah penglihatan masih bisa menerawang... hehe
Disisi lain, Indonesia baru saja mengesahkan atau menetapkan UUD presidential 3hold sebagai syarat untuk maju mencalonkan diri sebagai calon presiden dan wakil presiden. artinya, calon presiden dan wakil presiden harus mempunyai kursi legislatif 20% dari total kursi parlemen. apabila suatu partai hanya memiliki 15% suara di legislatif, meraka perlu berkoalisi sehingga mencapai 20% paling kurang. Sebagian tokoh national mengatakan bahwa syarat ini sangat merugikan anak bangsa yang dianggap layak maju menjadi calon presiden tetapi belum memiliki partai koalisi.
Tidak sedikit juga yang mengatakan bahwa UUD presidential 3hold kali ini sangat-sangatlah lucu. kok bisa lucusih bro??? pembahasannya yang begitu alot dan semangat untuk membatasi paslon di pilpres walaupun banyak menimbulkan kritikan tetapi akhirnya tetap disahkan juga. Yah Lucunya dimana?
Menurut pendapat pakar Komunikasi Pak Efendi di Acara ILC yang dipelopori oleh Pak Karni Ilyas di TV One beberapa bulan lalu. "Presidential 3hold kali ini hampir dikatakan tidak ada manfaatnya dan perlu dikaji ulang materinya. Bagaimana Bisa satu Partai Gerindra bisa mempunyai Calon Presiden dan Wakil presiden dari satu partai (Prabowo - Anis) padahal mereka hanya memiliki 13% suara legislatif. berarti ini kecolongan dong, dimana fungsi presidential 3hold kali ini? berarti kita harus mengakui hebatnya strategy politik pak Prabowo" imbuh pak Efendi sembil tersenyum.
padahal strateginya ini tidak semudah yang dibayangkan. Pak Prabowo satu-satunya figur dari pihak oposisi yang dianggap memiliki elektabilitas tinggi dan diyakini bisa menyaingi elektabilitas Pak jokowi di Pilpres 2019 mendatang. Partai Gerindra sudah lama berkoalisi dengan PKS dan PAN. Salah satu koalisi mereka yang tidak bisa dipandang sebelah mata adalah saat mengususng pak Anis Baswedan- Sandiaga Salahuddin Uno di Pilgub DKI dan koalisi mereka membuahkan hasil. lawan yang mereka tumbangi tidaklah tanggung-tanggung, Ahok, mantan Gubernur DKI yang diketahui memiliki dana kompanye yg melimpah. Dari sinilah koalisi mereka berlanjut hingga ke Pilpres 2019 mendatang dan koalisi oposisi ini memiliki 20% lebih suara di legislatif apalagi partai Demokrat bergabung di detik-detik akhir.
"partai pengusung calon presiden dari petahana, Pak Jokowi : PDI, Hanura, Golkar, PKB, PPP, Nasdem, dan PKPI .
partai pengusung calon presiden dari Oposisi, pak Prabowo : Gerindara, PAN, PKS, dan Demokrat."
Pak Jokowi menyatakan siap maju lagi 2019 mendatang dan mendeklarasikan dirinya menjadi calon presiden dari pihak petahana. Pendeklarasian pak Jokowi jauh sebelum pendeklarasian pak Prabowo dari pihak oposisi. setelah keduanya menyatakan siap maju menjadi calon presiden, tetapi mereka belum mengambil sikap untuk menunjuk siapa yang akan dipilih untuk mendampingi meraka di pilpres mendatang.
Masyarakat bertanya tanya dan penasaran, siapa yang akan dipilih oleh mereka untuk maju sebagai capres meraka masing-masing. Apakah Ustaz Abdul Samad (UAS) akan dipilih oleh prabowo sesuai dengan hasil Ijtima' Ulama GNPF? dan siapakah akan dipilih oleh Pak jokowi untuk mendampinginya di pilpres mendatang? Romi ketua umum PKB mengatakan bahwa nama calon pendapmping pak Jokowi berawal dari huruf "M". Dari pernyataan Romi dan hasil Ijtima' Ulama timbulah tanda tanya dari masyarakat lumayan lama, siapa sebenarnya calon yg akan meraka pilih.
pengumuman wakil mereka masing-masing dilakukan pada detik-detik terakhir batas pencalonan. Pada Saat itu Pak jokowi lebih dulu mengumumkan wakilnya yaitudari kalangan ulama NU, Pak KH. Ma'ruf Amin, sebagai wakilnya dan pak Prabowo memilih wakilnya yg berasal dari partainya sendiri (Gerindra) yaitu Pak Sandi Salahiddin Uno mendampinginya di pilpres 2019 mendatang. Akhirnya terjawablah sudah siapa akan mendampingi mereka berdua dan berakhirlah tanda tanya besar tentang calon masing-masing capres.
setelah pengumuman masing-masing calon diumumkan, timbul beberapa statement dari kalangan politikus.
Jokowi memilih KH Ma'ruf Amin karena mengira Prabowo ingin memilih wakilnya dari kalangan ulama sesuai dengan hasil ijtima' ulama GNPF jadi sama-sama memiliki wakil dari kalangan ulama. Padahal Prabowo memilih Sandiaga Uno yang dianggap dapat merangkul kalangan kaum millenial.Statement yg mucul itu beragama, ada yg mengatakan Jokowi kena jebakan Batman Prabowo karna mengira akan memilih calon wakil dari kalangan Ulama, ada juga yang mengatakan Jokowi memilih ulama karena ingin merangkul ulama di pemerintahannya nanti.
sebelum pengumuman wakil masing-masing calon, sempat tersebar isu bahwa partai Demokrat ingin membentuk poros ketiga dengan partai yang belum mengambil sikap koalisi dengan siapapun akan tetapi semua itu hanya fiksi seperti kata pak Rocky Gerung salah satu pakar filsafat indonesia saat ini. Ini artinya calon presiden dan wakil presiden yang maju untuk pilpres 2019 mendatang hanya dua pasangan saja yaitu:
nomor urut 1 :Jokowi-Ma'ruf Amin
nomor urut 2 : Prabowo-Sandi
pendukung atau simptisan dari kedua kubu atau pasangan calon presiden dan wakil presiden inilah lahir yang namanya " cebongers dan kampreters" dan mereka saling beradu argumen sampai sekarang di media social khususnya Facebook.
sekian dulu ceritanya, kapan kapan kita sambung lagi. mata sudah tidak mendukung.... hehe
Wassalam,,,