Sahabat Steemians music lovers, ketika kita serius belajar tentang musik, dan serius menekuni dunia musik, tanpa ada 'sekat-menyekat' antara genre yang kita sukai dengan genre-genre musik lainnya, niscaya kita akan lebih kaya dengan ilmu dan pengalaman dalam bermusik.
Ada banyak genre musik di dunia ini, sebagai pengelompokan jenis-jenis musik yang sesuai dengan kemiripannya, juga sebagai identitas dari mana sebuah jenis musik berasal dan memiliki sejarah juga nilai budaya tersendiri. Salah satu genre musik yang menunjukkan asal dan nilai-nilai budaya adalah genre musik tradisional atau etnik.
Menurut saya, genre musik tradisional atau etnik adalah sebuah kebanggaan bagi masyarakat daerah, karena genre musik ini tak lain adalah peninggalan dari nenek moyang kita sebagai identitas bagi bangsa atau daerah kita. Sebagai generasi muda tentu kita punya kewajiban untuk melestarikan musik tradisional daerah, sebagai salah satu budaya yang akan kita wariskan kepada generasi selanjutnya.
Tak hanya bentuk alat musiknya yang unik dan khas, untuk mempelajari alat musik tradisional pun tergolong sulit. Apalagi bagi pemusik yang sudah terbiasa dengan alat-alat musik moderen dan genre-genre musik moderen. Meskipun saya menyadari betapa sulitnya bermain musik etnik, namun ketika akhir tahun lalu saat saya mendapatkan tawaran untuk berkolaborasi dengan sebuah band musik etnik Aceh untuk tampil di Panggung Wonderful Sabang (Sail Sabang 2017), tanpa ragu saya menerima tawaran itu. Sebab prinsip saya dalam bermusik adalah menerima semua tantangan yang ada, dan menikmati setiap prosesnya.
Singkat cerita, saya menyanggupi tawaran bermain dari grup musik QANA Music yang dipimpin oleh Bang Adek Metazone, seorang musisi senior di Aceh, dan beliau sudah mengukir sejarah apik dalam perjalanannya di dunia musik. Dari kesempatan itulah saya mulai belajar menyesuaikan diri untuk bermain musik etnik bersama musisi-musisi senior lainnya yang sudah sarat akan pengalaman bermain musik dengan genre etnik. Ketika itu saya diberi 'amanah' untuk membawakan dua buah lagu etnik, yaitu lagu "Uteun Meuranggong", dan lagu "Damee di Kamoe".
Bersama grup QANA Music, kami sukses menutup pergelaran Sail Sabang 2017 dengan pertunjukan musik entnik yang kami 'suguhkan' kepada seluruh pengunjung di malam itu. Sebuah pengalaman baru dan mengesankan bagi saya, dapat bermain sepanggung bersama musisi-musisi senior dan menemukan pengalaman baru lewat genre musik etnik. Dari pengalaman itu pula, saya merasa lebih dekat dengan budaya daerah saya, dan musik lah yang menghantarkannya.