Cinta di Ujung Sajadah ala Asma Nadia

✍❀✾Cinta di Ujung Sajadah ala Asma Nadia✾❀✍
oleh
@nurhayati

“Ketika semua harapan menemui jalan buntu. Cinta berjuang. Mencari kekuatan dalam sujud-sujud panjang. Menelusuri jejak surga yang di rindukan, hingga tuntas saat senja di Madinah.” ~Asma Nadia~


Bukan untuk kekasih tetapi untuk ibu yang paling terkasih.

Novel karya Kak Asma Nadia bukan Kak Asmaul Husna (instagram @hasmaul64) guree (guru) menulis saya. Novelnya membuat hati saya perih usai membacanya. Saat di pajang di toko buku, sekilas ketika saya membaca judulnya. Saya pikir novel ini akan mengupas tentang cinta dua insan yang di pertemukan di atas sajadah. Tetapi setelah saya membacanya, tenyata berbeda dengan prasangka sebelumnya. Kali ini bukan hanya tentang perjuangan membuktikan cinta Makky dan Cinta. Dua sejoli yang di rekayasa dalam skenario cerita.



Bukan juga tentang sahabat Si Neta, Aisyah dan Adji yang tulus membantu menggerakkan kaki dan jiwanya Cinta. Karena lumpuh setelah membuka puzzle masa lalu yang begitu pahit.

Tapi tentang seorang anak bernama Cinta, saat mengukir Cinta di Ujung Sajadah untuk ibu yang paling terkasih dari apapun. Menemukan muara kasih dari seorang ibu yang telah melahirkan. Setelah terpendam dalam kotak hitam selama 17 tahun silam. Ini hal yang sulit bagi Cinta.

Apalagi setelah mengetahui, sang ibu telah lama menghadap Sang Khaliq. Cobaan hidup yang menghantam keras untuk seorang anak yang baru mengetahui kisah hidup yang sebenarnya.



Sejuta kata telah aku curahkan untuk menguraikan tentang ibu. Dengan bahasa yang lembut nan indah telah kutuliskan untuk mengambarkan ibu. Dengan puisi dan sajak yang merdu telah kulukiskan untuk mewarnai senyuman cantiknya ibu. Namun tetap saja aku belum mampu membalas kasih sayang dan perjuangan ibu. Yang mati-matian menahan sakit, tersayat luka, teriris mata, terbakar jiwa tanpa mengharap balasan. Yang mati-matian membela anaknya di dunia hingga ke akhirat. Lebih kurangnya seperti ini bayangan kisah yang ingin di sampaikan dalam novel ini.

Jika kita masih punya ibu, kembalilah sekejab untuk memeluknya. Jika kita masih punya orang tua, kembalilah sekejab untuk tersenyum bersama. Terima kasih Kak Asma telah menulis Novel Cinta di Ujung Sajadah ini.

Terimakasih sudah membaca tulisan sederhana saya. Mohon sahabat Stemian memberi masukan dan kritiknya. Saya sangat bahagia mendapat masukan yang positif untuk perbaikan tulisan saya selanjutnya.

Rabu, 18 Oktober 2017

Baca juga Novel sebelumnya di

  1. https://steemit.com/indonesia/@nurhayati/bumi-cinta-ala-kang-abik-1

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center