"Lagey tapreih boh ara hanyoet = seperti menunggu buah ara hanyut.."
Pepatah ini tenar di Aceh. Setiap kali kesal karena menunggu sesuatu yang tak kunjung sampai atau janji yang tidak ditepati, pasti pepatah ini jadi kambing hitam.
Pasalnya, pohon ara memang banyak tumbuh dekat sungai. Tapi, buahnya yang mirip buah ijuk jarang sekali hanyut di sungai karena buahnya berat seperti batu. Ketika jatuh dari pohon, pasti langsung terjun bebas ke dasar sungai.
Celakanya, walau namanya sering disebut-sebut ketika seseorang kesal atau kecewa akibat menunggu sesuatu yanh terlalu lama, tidak semua orang Aceh mengenal pohon dan buah Ara dengan baik. Bahkan, ada yang mempersepsikan buah ara dengan persepsi negatif. Buah ara dianggap sia-sia karena tidak bisa dimanfaatkan untuk keperluan apapun.
Padahal, sebagaimana dilansir greeners.co, selain bisa dimakan dengan rasa masam-manis, buah ara juga dipercaya mengandung zat obat yang ampuh mengobati berbagai penyakit. Antaralain: diabetes atau darah manis, asma, bronkitis, rematik, batuk kering, keputihan, penyakit ginjal, limpa, mimisan dan mengurangi perut kembung.
Buah ara memiliki dua warna ketika masak; kuning dan kemerah-merahan. Ukurannya rata-rata sebesar bola bekel. Nama ilmiahnya ficus racemosa. Pohon ara banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Srilanka, India, Nepal, Thailand, Burma, Vietnam, Malaysia dan Australia Utara.
Di Vietnam, buah ini bernama Cay Sung, di Thailand disebut Duea Kliang dan Ma Duea. Ara termasuk tumbuhan yang gampang tumbuh. Bahkan, di celah batu dan celah tembok retakpun pohon Ara masih bisa tumbuh dengan baik.
Referensi:
