Selamat siang sahabat semua, selamat beraktivitas dan berkreativitas buat sahabat-sahabat steemian dimanapun berada.
Setelah beberapa hari yang lalu aktivitasku terganggu, terasa hari-hari yang aku lalui sepi dan suram. Suasana hati yang tidak menentu membuat rasa malas dan mood yang sangat buruk. Ada semacam depresi mental yang aku rasakan yang berefek buruk terhadap kesehatanku.
Semua itu bermula dari rasa cemas yang panjang, hari itu sebuah penantian yang mengkhawatirkan telah menyiksa batinku. Menunggu sebuah kabar yang tak kunjung datang membuat pikiranku drop. Dan pada akhirnya mempengaruhi semua pikiranku untuk berpikir yang bukan-bukan.
Hampir 24jam aku menanti sebuah kabar dari orang yang sangat aku sayangi, dia pergi jauh dan setelah tiba ketempat tujuannya tidak berusaha untuk memberikan kabar kepadaku, sedangkan alat komunikasi yang dia miliki tidak dapat aku hubungi. Disinilah bermula kecemasan itu.
Akibat pikiran yang tertekan membuat prustasi yang memicu stres berlebihan, sehingga aku melewatkan waktu-waktu melelahkan tersebut tanpa makan dan tidur yang cukup, sehingga memperparah kondisi fisikku. Rokok yang terus menerus aku bakar ternyata membuat lebih buruk lagi kondisi kesehatanku saat itu.
Tidak sepenuhnya aku menyalahkannya, mungkin alasan jaringan komunikasi seluler buruk yang dia berikan sudah cukup bagi orang yang merasa khawatir akan keadaannya. Namun sangat berbeda dengan yang aku rasakan. Karena terlalu mengkhawatirkan akan keadaannya yang sebenarnya baik-baik saja, membuat komplikasi kesehatan yang parah menimpaku.
Akibat kecemasan yang berlebihan menimbulkan stres yang berujung depresi, rasa bersalah, sedih berlebihan dan rasa takut kehilangan terus berputar-putar dikepalaku, semua yang terpikirkan saat itu negative, tidak ada hal positive yang dapat aku bayangkan, hidupku benar-benar terpuruk.
Walaupun beberapa kali dia menghubungiku dan mengabarkan bahwa ia baik-baik saja, namun tidak bisa juga merubah kondisi mentalku yang terlanjur down. Hanya menangis dan terus menangis terbawa emosi yang tidak menentu. Makanan tidak terjaga, kesehatan terabaikan dan akhirnya aku harus berurusan dengan rumah sakit.
Asam lambung menyerangku, menambah memperparah kondisi kesehatanku. Dalam masa sepuluh hari penantian akhirnya membuat diriku sadar akan kondisi tubuhku yang kian melemah. Akhirnya memutuskan untuk berobat. Dia yang pergi juga turut memperhatikan kesehatan yang sedang buruk pada pisikku dan berinisiatif pulang walau harus mengorbankan waktunya
Ia yakin dengan kabar kepulangannya akan memperbaiki kondisi mentalku yang sudah terlanjur tergoncang, dan ternyata itu sangat benar, mendengar kabar dia sudah kembali, perlahan-lahan jiwaku yang lara kembali membaik, walau kondisi tubuh yang masih lemas. Asam lambung yang kuderita perlahan-lahan mulai menunjukan penurunan etensitasnya.
Dan kini aku kembali bisa berpikir positive, aku sudah bisa merasakan kembali keceriaan, namun sungguh sebuah keegoan besar telah membuat dia orang yang kusayang hancur, namun dengan ikhlasnya dia merelakan demi diriku. Karir yang baru dia mulai terpaksa harus dia tinggalkan. Sungguh aku telah menghancurkan hidupnya. Namun dia tetap bersemangat untuk melanjutkan hidup, bukan sepertiku manusi yang lemah dan cengeng.
Dia juga menyadari bahwa ada yang salah, dia terlupa bahwa orang yang dia tinggalkan adalah orang yang benar-benar mengkhawatirkan hidupnya. Dan menyesal karena waktu itu membiarkan tidak memberikan kabar dan tidak berusaha untuk memberikan kabar walau disaat itu jaringan internet dan telepon yang digunakannya tidak berfungsi.