Ramai yang bertanya mengapa saya mahu bergabung dengan Komuniti Steemit[iyyah]? Tampaknya, amat perlu bahagi saya untuk terangkan beberapa hujah atas pelbagai soalan tentang hal tersebut. Pada 18 Januari 2018, saya membeli satu buku yang berjudul What the Future and It’s Up to Us ditulis oleh Tim O’Reilly. Buku yang terbit pada 2017 menerangkan bagaimana dampak internet dalam kehidupan manusia saat ini. Berbicara akan hal tersebut, saya pun pernah membaca The New Digital Age: Reshaping the Future of People, Nation and Business karya Eric Schmidt and Jared Cohen. Buku ini juga menerangkan bagaimana perubahan dunia yang telah berada pada era digital.
Bagi saya mempelajari masa depan adalah suatu keasyikan tersendiri. Sebab, jika kita tahu apa yang sedang berlaku di dunia ini, kita pun akan dapat mengubah suai hala tuju di dalam menghadapi perubahan tersebut. Dari buku Tim O’reilly dikisahkan bagaimana semestinya kita menghadapi perubahan ini dengan beberapa cadangan, seperti kemajuan teknologi telah menciptakan perubahan pekerjaan manusia. Ertinya, teknologi tidak merebut pekerjaan manusia, melainkan menciptakan lapangan baru pekerjaan bagi manusia. Dalam buku ini, dijelaskan tentang konsep dari software ke info ware. Kemudian, perubahan di dalam dunia bisnis, seperti pengalaman taksi online, yang mengubah cara pandang pada bentuk perusahaan, kepemilikan kendaraan, dan sistem yang dibangun, serta keuntungan yang dibagi antara masing-masing yang terlibat dalam jasa yang serba online.
Salah satu kutipan yang menarik dalam buku ini adalah: “History tell us technology kill profession, but does not kill jobs (p.xvii).” Dalam bahasa sederhana, sejarah menjelaskan kepada kita bahwa teknologi membunuh profesi, tetapi tidak membunuh pekerjaan.” Inilah kutipan yang mengantarkan saya untuk memahami bagaimana platform teknologi terkini di dalam menyediakan profesi-profesi baru. Saat ini, orang tidak perlu ke sawah atau laut, tetapi era infoware and open source information, telah memberikan ladang pekerjaan baru bagi manusia. Sawah berubah jadi Youtube. Laut berubah menjadi Google. Anda boleh menggunakan “ladang” baru tersebut untuk mencari pekerjaan apa yang cocok.
Sawah sekarang sudah berubah menjadi areal perumahan. Laut telah menjadi pulau. Manusia terus mencangkok dirinya pada alam. Sementara pikiran mereka terus bergerilya untuk bertahan hidup, sehingga tanah dan air tidak lagi menjanjikan pekerjaan yang semestinya. Beginilah perubahan pekerjaan dewasa ini. Kita tidak lagi menjawa sawah, tetapi menjaga lapak kita masing-masing di alam maya. Di situ muncul puluhan profesi dengan judul pekerjaan yang beragam pula. Ada kutipan yang menarik di sini yaitu “Replacing materials with information” is more powerful formulation than “replacing ownership with acces (p.67).”
Tim O’reilly menyebutkan bahwa: “Computers used to work for humans; increasingly it’s now humans working for computers (p.xx).”Dunia telah terbalik. Dahulu komputer bekerja untuk manusia. Sekarang, manusia bekerja untuk komputer. Di sadari atau tidak, inilah yang terjadi saat ini. Kita patuh dan taat pada komputer. Internet yang awalnya untuk koneksifitas berubah menjadi bos baru bagi manusia. Persoalan trans-human akan terus menjadi realita baru di abad ke-21 ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, saya mempelajari tentang Artificial Intelligence. Ini juga terkait dengan mind dan brain manusia. Walaupun ini bukan ranah saya, tetapi ketika terjadi perubahan di dalam kehidupan manusia. Maka sebagai seorang antropolog, saya mesti memasuki topik-topik seperti ini. Istilah Global Mind, Global Brain, One World semakin menggema dengan kemajuan Artificial Intelligence. Buku Tim O’reilly seolah-olah melengkapi apa yang pernah disajikan oleh Al Gore dalam The Future (2013), disitu diperlihatkan bagaimana hubungan pikiran manusia akan lebih mendominasi ketimbang hubungan secara fisik. Jika Al Gore memperkenalkan istilah Global Mind, maka Tim O’reilly memperkenalkan Global Brain.
Pikiran manusia dapat dikendalikan melalui kemampuan AI dan juga berbagai perangkat di dalam arus informasi era digital. Youtube selain menjadi “sawah baru” juga menjadi salah satu dari wadah baru segala perilaku di dunia. Di platform ini kita menyaksikan apapun dari tingkah laku manusia. Facebook, Istagram, dan Twitter menjadi babak baru dari pola relasi antar manusia. Bagi sebagian kalangan ini adalah ancaman baru. Akan tetapi bagi mereka yang berfikir di luar kotak, ini adalah momen untuk mengendalikan pikiran dan perilaku manusia, tanpa harus duduk dan mengajari mereka untuk berubah. Dalam konteks ini, Tim O’reilly menulis: “This is a key lesson in how to see the future: bring people together who are already living in it (p.19).”
Sebagai generasi yang sudah living in it, mahu tidak mahu, harus memikirkan bagaimana jika mind, body, dan soul kita sudah diseberangkan ke masa depan oleh teknologi di sekitar kita. Adapun demarkasi yang cukup baik untuk melihat perubahan ini dapat dibaca The World Until Yesterday: What We Can Learn from Traditional Societies karya Jared Diamond (2012). Buku ini membandingkan bagaimana keadaan masyarakat tradisional di puncak gunung di Papua dengan masyarakat di tengah-tengah hiruk pikuk di kota besar, seperti New York.
Jared Diamond menggunakan konsep WEIRD (Western, educated, industrial, rich, and democratic). Saya akan mengupas tentang konsep ini dalam buku kedua tentang Sejarah Masa Depan Dunia. Namun istilah WEIRD itu sendiri adalah aneh. Kita menjadi WEIRD karena harus meniru apa yang sedang terjadi di Barat. Status kita naik karena Pendidikan. Kita harus berlomba dalam Industri. Tujuan kita adalah Kaya. Bentuk masyarakat kita adalah Demokrasi. Inilah filosofi kehidupan baru manusia di abad ke-21 M.
Karena itu, kemunculan berbagai perangkat di internet pada prinsipnya mengantarkan seseorang pada kondisi WEIRD di atas. Akan tetapi karena kita sudah living in it, maka WEIRD itu menjadi keniscayaan. Kita tidak lagi merasa WEIRD dalam arti aneh, karena semua keanehan tersebut sudah menjadi kebiasaan baru. Kita tunduk pada komputer dan internet. Kita menghapal password ketika pergi ke sawah. Kita menggarap “sawah” kita bersama-sama dengan orang lain, yang mungkin tidak sekampung, tetapi satu desa dalam satu kelurahaan baru seperti grup-grup diskusi di WAG. Kita menjadi pemimpin karena kita ada “followers.” Kita membuka rumah orang melalui ketukan “like” atau “suscribe.” Kita setuju dengan emoji dan patah hati juga dengan emoji. Semuanya memakai platform baru di ketika masuk alam baru baru dunia ini yang dikenal dengan WEIRD era.
Untuk itu, dalam beberapa seri tulisan berikutnya, saya akan terus mengupas bagaimana rupanya kehidupan kita di masa yang akan datang. Kebetulan studi masa depan (future studies) merupakan bagian untuk memahami bagaimana WEIRD baru di masa yang akan datang. Paling tidak, catatan-catatan ini memberikan satu alasan bahwa saya bergabung dengan Steemit adalah dalam rangka membuka “sawah baru”, karena sudah tidak ada lagi tempat bercocok tanam dengan “sawah lama.”
Bersambung ...