Pagi ini, suami mengajak berolah raga ke UI. Beliau bersepeda, aku dan anak-anak menggunakan motor karena Ahza inginnya bermain badminton disana. Walau cuaca sedikit mendung, tapi hujan belum juga menyapa. Pintu masuk UI jalur belakang yang biasanya untuk pengendara motor, pada hari sabtu dan minggu masih ditutup hingga pukul jam 9.00 pagi. Hanya diperbolehkan pejalan kaki dan pengendara sepeda yang ingin berolah raga. Suamiku masuk duluan untuk bersepeda. Sedangkan aku menitipkan motor di penitipan, membeli Susu Nasional atas permintaan anak-anak, dan lalu berjalan ke dalam UI.
Kami mengambil lokasi terdekat untuk bermain badminton. Hanya anak-anak saja yang bermain, sedangkan aku menikmati suasana teduhnya pepohonan dan menatap berbagai manusia yang berolah raga di universitas tersejuk di Depok ini.
Ah ya, aku harus memberitahu suamiku kalau kami berada disini. Aku bersigap mengambil handphone, namun sayangnya baterai handphone lupa aku isi semalam. Ya sudahlah, jika jodoh, akan Allah pertemukan, iya bukan?
Dan benar saja, sekitar setengah jam kemudian tiba-tiba suamiku muncul di lokasi kami bermain, padahal tadi kami belum sempat janjian bertemu dimana, karena yakin baterai hp masih punya nyawa. Suami memarkirkan sepedanyanya, lalu ikut bermain badminton bersama anak-anak.
Mendekati pukul 9.00, kami sudahi olah raga pagi itu, sebab Ahza harus latihan Marching Band pukul 9.15 pagi. Aku dan anak-anak berjalan menuju pintu keluar UI, suami mengendarai sepeda dan harus memutar, karena ada pembatas jalan.
Namun, di dekat pintu keluar UI, langkahku terhenti melihat seorang siwi SMA (terlihat dari pakaian olah raga) sedang meraung dan menangis sambil dipegangi seorang ibu-ibu dan dua orang (yang sepertinya) temannya. Sekuriti juga mencoba menenangkannya. Aku tanyakan "Ada apa?", dan sekuriti menjawab bahwa siswi itu sedang kerasukan. Subhanallah, baru kali ini aku melihat langsung orang yang kerasukan. Anak-anakku sedikit menjauh.
Namun, ketika aku sedang menatap siswi yang sudah mulai tenang tersebut, tiba-tiba seorang temannya yang tak jauh berdiri darinya menjerit mengatakan "PERGI" ... "SAKIIIIIIIIT"... dan juga kalimat istighfar. Tak ada orang lain selain aku, seorang ibu hamil dan suaminya yang di dekat siswi itu. Pak sekuriti sedang memanggil teman-temannya, sedangkan ibu dan teman satunya memegangi siswi kerasukan yang pertama. Aku dan ibu (yang awalnya aku tidak tahu sedang hamil) memegangi siswi kedua, lalu menidurkannya. Tiba-tiba tangan si ibu ditarik suaminya, dan barulah aku lihat si ibu ternyata sedang hamil. Aku meminta ibu itu menjauh. Ya menjauh, walau aku juga tidak faham bagaimana menangani orang yang sedang kerasukan, tapi aku lebih khawatir pada si ibu itu.
Sedikit bingung memang, yang bisa kulakukan hanya membaca surah pendek di telinganya. Namun ia tetap saja menangis dan menjerit sesekali mengatakan "SAAKIIIT".. "PERGIII"..dan sesekali beristighfar. Tak lama, datang dua temannya yang lain (sepertinya mereka memang rombongan siswa sekolah). Mereka datang dari sebuah mobil pick up, yang ternyata di mobil tersebut juga ada seorang siswa (ntah perempuan, ntah laki-laki) yang juga sedang kerasukan. Sebahagian mereka menggendongnya menuju pintu keluar UI. Dan dua temannya membantuku menenangkan siswa yang sedang kutenangkan ini. Temannya yang perempuan ikut mencoba menenangkan, sambil mengatakan "Istighfar yaa.. istighfar..", dan ketika siswi kerasukan ini mengatakan "PERGI" dan "SAKIIIIIT", si teman mengatakan, "Makanya kamu keluar, keluar dari teman saya, nggak ada yang mau ganggu kamu." Kira-kira seperti itu.
Siswi pertama yang sudah tenang tadi dipindahkan teman-temannya untuk menjauh, agar tak lagi terpengaruh dengan siswi yang sedang aku pegangi.
Aku juga melihat anak-anakku khawatir, namun kusuruh mereka menjauh. Dan aku terus saja membaca surah-surah pendek yang kuhafal, sampai akhirnya aku melihat suamiku dan sepedanya sudah sampai di tempat kami berada. Lega.
Disaat itu pula, beberapa sekuriti UI datang, salah seorangnya menghidupkan lantunan ayat Alqur'an dari HP nya, dan meletakkannya dekat telinga si siswi. Namun aku terkejut, benar-benar terkejut, tiba-tiba sekuriti tersebut terjerembab kebelakang. Matanya tak lagi fokus, ia berteriak, meronta, seperti marah. Ketika itu aku sadar bahwa sekuriti itu baru saja kerasukan. Ya Allah, Subhanallah, baru kali ini aku melihat langsung orang yang kerasukan seperti ini. Bukan satu, tapi tiga orang.
Siswi yang aku dan temannya tenangkan itu sudah sadar dan tenang, dan langsung dibopong menuju keluar. Sedangkan sekuriti yang baru kerasukan itu langsung dipegangi teman-teman sekuritinya. Suamiku juga ikut mencoba mengambil senjata sekuriti itu untuk diberikan ke temannya, khawatir ia akan menggunakan dalam keadaan tidak sadar. Karena memang, kerasukan yang dialami sekuriti ini lebih ganas kelihatannya, daripada siswi-siswi tadi.
Suamiku menarik tanganku untuk menjauh. Katanya, "Sudah biar ditangai satpam aja."
Aku juga tak berani mendekat, selain karena tenaganya terlalu kuat (sampai dipegangi banyak sekuriti), aku baru sadar bahwa "ntah roh, atau apa namanya yang merasuki mereka" itu ternyata sedang berpindah-pindah mencari tubuh baru. Aku dan suami membawa pergi anak-anak yang terlihat khawatir dari tadi.
Motorku terparkir tepat di depan pos yang sedang ada juga siswa yang masih kerasukan. Yaitu, siswa yang dibopong dari mobil pick up tadi. Anak-anak memintaku cepat pergi, dan jangan bengong.
Akhirnya, aku tinggalkan kekalutan tadi, membawa anak-anak pulang dan berbagai keheranan. Juga keterkejutan akibat sekuriti yang disebelahku juga tiba-tiba kerasukan. Bayangkan, aku dan dia sama-sama sedang menenangkan siswi tadi, tiba-tiba saja dia juga kerasukan.
Baru kali ini aku akhirnya percaya, bahwa kerasukan itu memang ada dan tidak dibuat-buat. Tentu, aku percaya hal ghoib, tapi sebelumnya, aku belum terlalu percaya dengan cerita-cerita mengenai roh yang bisa masuk ke tubuh manusia, atau manusia yang bisa melihat wujud mereka.