Hi dear hive friends.
Tonight I will share a little information about the specialty of our region, namely aceh. One of the characteristics of Acehnese customs is the use of ranub in various important processions in Aceh. The use of ranub has a deep meaning for the people of Aceh. Ranub (betel) is one of the spices that grows in Indonesia which has health benefits. (Ranup) is a plant that propagates on other trees, the leaves are spicy, usually eaten with areca nut, lime, gambier as an addictive food, teeth booster and so on. However, in Acehnese customs, the use of ranub is not just a healthy spice for the body, but has its own meaning for the people of Aceh.
The tradition of eating ranub in Acehnese culture is a cultural heritage. From the first, our parents have a tradition of "eating ranub" or "betelting". The tradition of chewing ranub with betel nut, gambier and a little lime, is believed to be able to strengthen the grip of the gums on the teeth. Ranub and areca nut are mentioned many times as ingredients for medicinal herbs.
Hai sahabat hive tercinta.
Malam ini saya akan membagi sedikit informasi tentang khas daerah kami yaitu aceh .Salah satu ciri khas dari adat Aceh adalah penggunaan ranub dalam berbagai prosesi penting di Aceh. Penggunaan ranub mempunyai makna yang dalam bagi masyarakat Aceh. Ranub (sirih) merupakan salah satu rempah yang tumbuh di indonesia yang mempunyai manfaat bagi kesehatan. (Ranup) adalah tumbuhan yang merambat di pohon lain daunnya terasa pedas, biasa dimakan bersama dengan pinang, kapur, gambir sebagai makanan yang mencandu, penguat gigi dan sebagainya. Namun dalam adat Aceh penggunaan ranub bukan hanya sekedar rempah yang menyehatkan bagi tubuh, melainkan mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Aceh.
Tradisi makan ranub dalam budaya Aceh merupakan warisan budaya. Dari dahulu, orang tua kita mempunyai tradisi “makan ranub” atau “menyirih” . Tradisi mengunyah ranub dengan biji pinang, gambir dan sedikit kapur, diyakini mampu memperkuat cengkraman gusi terhadap gigi. ranub dan pinang disebutkan secara bekali-kali bi sebagai bahan ramuan obat-obatan.
Dulu pada masa raja Aceh, ranub memainkan peranan penting bukan hanya sebagai bahan konsumsi, tetapi juga digunakan dalam upacara-upacara besar.
Contoh kebiasaan yang menggunakan Ranup adalah Pada saat upacara antar mengaji. Sudah menjadi suatu keharusan dalam masyarakat Aceh bahwa setiap anak yang akan diantar mengaji pertama kali, anak tersebut akan dipeusijuk dan dibekali bawaan yang akan dipersembahkan kepada teungku yang mengajarkan diantaranya adalah ranub seikat dan beberapa barang lain seperti ketan ,ayam panggang dan lain-lain
Pada upacara pernikahan. Tepatnya pada saat kedua belah pihak keluarga mempelai menyepakati tanggal dilaksanakan pernikahan, pihak calon pengantin laki-laki akan mendatangi rumah pihak calon pengantin perempuan dengan membawa ranub sebagai lambang penjanjian kawin (bertunangan).
In the past, during the king of Aceh, ranub played an important role not only as a consumable ingredient, but also used in big ceremonies.
An example of a habit that uses Ranup is at the time of the inter-religious ceremony. It has become a must in Acehnese society that every child who will be escorted to the Koran for the first time, the child will be given instructions and provided with luggage which will be presented to the Tengku who teaches them, including ranub bunches and several other items such as sticky rice, grilled chicken and others.
At the wedding ceremony. Precisely when both sides of the bride's family agree on the date of the wedding, the groom will come to the bride's house by bringing ranub as a symbol of the marriage agreement (engagement).
Dulu pada masa raja Aceh, ranub memainkan peranan penting bukan hanya sebagai bahan konsumsi, tetapi juga digunakan dalam upacara-upacara besar.
Contoh kebiasaan yang menggunakan Ranup adalah Pada saat upacara antar mengaji. Sudah menjadi suatu keharusan dalam masyarakat Aceh bahwa setiap anak yang akan diantar mengaji pertama kali, anak tersebut akan dipeusijuk dan dibekali bawaan yang akan dipersembahkan kepada teungku yang mengajarkan diantaranya adalah ranub seikat dan beberapa barang lain seperti ketan ,ayam panggang dan lain-lain
Pada upacara pernikahan. Tepatnya pada saat kedua belah pihak keluarga mempelai menyepakati tanggal dilaksanakan pernikahan, pihak calon pengantin laki-laki akan mendatangi rumah pihak calon pengantin perempuan dengan membawa ranub sebagai lambang penjanjian kawin (bertunangan).
Ranub as a symbol of guest glorification. This is very clearly seen both in the arts (Ranub Lam Puan Dance) as well as various ranub banquets that are shown to guests, besan and also respected people. Breeders of wareh ranub Lampuan, glorify guests with ranub. That is the main meaning of presenting ranub to guests.
Various terms are used for this ceremony, among others, to ask for a hand (fiance).
Ranub sebagai simbol pemuliaan tamu. Hal ini sangat jelas terlihat baik dalam kesenian (Tari Ranub Lam Puan) maupun berbagai jamuan ranub yang ditunjukan kepada tamu, besan dan juga orang-orang yang dihormati. Pemulia wareh ranub lampuan, memuliakan tamu dengan ranub. Demikian makna utama dari penyajian ranub kepada tamu.
Berbagai istilah digunakan untuk upacara ini antara lain untuk meminang (tunangan).
This banana stem is the basic ingredient for shaping the betel leaf into a beautiful shape. This is my own work. All the betel leaves that are shaped later, will be attached to the banana stem using a pen. Betel leaf shape as desired.
Batang pisang ini adalah bahan dasar untuk membentuk daun sirih menjadi bentuk yang cantik. Ini adalah karya saya sendiri. Semua daun sirih yang di bentuk nanti, akan di lekatkan ke batang pisang dengan menggunakan pentol. Bentuk daun sirih sesuai keinginan.
These are some betel creations for bridal gifts.