Membaca setiap artikel memang sebuah pembelajaran berharga akan salah satu cara menambah ilmu pengetahuan secara otodidak, mandiri, penuh kebebasan, sebagai penghibur, tempat berkaca, mengisi waktu, serta laksana cambuk untuk diri sendiri. Tidak perduli itu bentukan tentang apa yang dibahas atau ditulis oleh sang penulis, sebagai pembaca tentunya akan membaca secara seksama jika tulisan itu menarik, atau menyita diri untuk sepenuhnya dibaca.
Walau terkadang hal yang dapat membuat pembaca itu menjadi tertarik adalah masalah ruang lingkup yang biasa dibahas,ataupun berkenaan dengan diri sendiri sebagai pembaca. Baik isinya malah bisa menyinggung si pembaca tersebut ataupun jauh dari hal yang tidak disukai, ketika seseorang telah membaca secara seksama artinya telah terpikat akan isi keseluruhan pada tulisan yang dibaca. Keingintahuan adalah paktor utama yang menjadi sebab utama untuk menyelesaikan apa yang telah dibaca pada mulanya. Apakah endingnya jelas menjelaskan atau memberikan solusi atau pembelajaran berharga, atau endingnya hanya sebuah cakupan tulisan yang akhirnya tidak semenarik pada pembukaannya.
Belakangan ini semenjak kehadiran internet memang dunia penulisan telah banyak memberikan ruang kepada setiap orang untuk dapat menulis dan berharap dapat dibaca oleh orang banyak. Ditambah lagi akan kondisi mendapatkan hasil dari yang dituliskan. Beragam macam platform hadir, menawarkan beragam sistem berbeda yang pada intinya dapat membuahkan kata hasil atau pendapatan. Tidak dapat dihitung lagi akan keberadaan platform yang memberikan sistem write to earn. Membuat orang berlomba-lomba untuk ikut dan tidak tertinggal akan hal ini. Memang tidak mudah, namun itu setidaknya telah menciptakan banyak penulis-penulis baru dari kalangan orang yang bisa dikatakan bukan seorang penulis.
Menulis dan membaca pada akhirnya menjadi hal yang menarik banyak perhatian, hingga menciptakan beragam bentuk komunitas, maupun ragam tulisan yang tidak dapat terhitung macamnya. Semua tidak lepas tentu karena era yang juga menjembatani semakin mudah, baik dan jelas disaat ini. Ditambah lagi faktor hasil yang dihasilkan cukup membuat banyak orang tertarik dan mau terjun untuk mencobanya juga.
Hal yang tak bisa dilepaskan dari penomena ini adalah akan lahirnya keberadaan kebebasan berpendapat yang disalah artikan. Menciptakan penilaian yang terkadang banyak disalah artikan oleh para pembaca. Padahal belum tentu penulis menuliskan sesuatu itu ditujukan untuk orang yang membaca dan merasa dirinya yang dijadikan bahan tulisan oleh sang penulis. Terkadang pembaca terlalu ekstrim dalam menjugde sesuatu yang dibaca, salah menilai, kasar, dan tidak melakukan pemikiran matang terlebuh dahulu. Padahal untuk kata kritik yang baik dan tidak lari pokok bahasan yang dibaca seharusnya menjadi awal yang baik dalam koridor suatu penulisan.
Dilain pihak adanya kecenderungan kata merasa dirugikan, iri hati, tidak mau kalah, dan lain sebagainya. Dimana rata-rata kecenderungan ini akibat melihat akan kesuksessan orang lain tanpa menyadari atau mencari mengapa orang lain bisa berhasil.
Faktor yang menyebabkan halini menjadi biasa dikarenakan akan keberadaan dunia sosial media yang tercipta pada awalnya memberikan ruang bebas kepada setiap penggunanya. Satu sisi masa awal sosial media tidaklah memberikan penghasilan kepada penggunanya namun menjadi sebuah hal baru dan disukai pada jamannya. Lalu beranjak pada persaingan antar pengembang dengan memberikan hasil kepada pengguna membuat hal ini menjadi pemicu akan keberadaan hal penggunaan kebebasan yang diberikan untuk dapat menghasilkan penghasilan yang baik.
Pembelajaran, prasarana, lingkungan dan tata cara merupakan kolerasi setiap titik yang membentuk suatu pola. Memang pada awalnya semua berkisar dari hal kecil saja membaca, namun perlahan akan memberikan dampak besar secara bertahap kepada orang bersangkutan. Masa dimana kondisi serba instan semakin membentuk sebuah pola yang terkikis akan keberadaan hak dan pembelajaran membutuhkan waktu dan menerima akan kondisi tidaklah sama keberadaan satu orang dengan yang lainnya.
Tingkat pendidikan berubah, tingkat pergaulan juga berubah, segala sesuatu berubah sesuai dengan tuntutan jaman. Yang sulit untuk merubah adalah sifat mau menerima dan mau menghargai akan kreatifitas seseorang baik itu buruk maupun bagus. Seperti penerimaan akan keberadaan kitab yang diwahyukan kepada para utusan Tuhan, namun akan selalu ada yang menenang atau tidak mempercayai keberadaannya.
Resource: Image by Enrique Meseguer from Pixabay