Labirin # 5

t95byzha38.jpg

Ke tiga ratus enam puluh administrator tersebut buru-buru kembali kebilik mereka masing-masing.

Membuat memo untuk diri mereka masing-masing atas keberanian mereka dan membayangkan akan kenaikan gaji dari prestasi mereka itu. Pada hari berikutnya sang artis yang pandai meloloskan diri itu mendapatkan gilirannya, dia dibawa kesebuah lapangan yang bermandikan sinar matahari dan semua pakaiannya dilucuti.

Ke tiga ratus enam puluh administrator tersebut yang duduk diatas kursi lipat ditangan mereka memengang sebuah batu yang besarnya sebesar gepalan tangan mereka, semua mereka duduk dalam posisi membentuk sebuah melingkar. “Katanya kamu bisa melepaskan diri dari kejaran apa pun”, seru sebuah suara dari kerumunan tersebut.

Matahari tengah hari itu bersinar dengan sangat teriknya, dan Whidoni harus memecingkan matangnya untuk dapat melihat sang pembicara , “Kamu punya waktu sampai akhir hari ini untuk dapat menghindar diri dari kejaran yang ada dibawah kaki kamu”, teriak seseorang. “Sampai kamu mati”. Whodini tidak menemukan apapun di dalam arena tersebut selain tiga ratus enam puluh administrator tersebut yang berada diluar arena. Dan arena tersebut benar-benar kosong melompong.

Dia kemudian bergerak untuk dapat meloloskan diri dari pengejar misterius yang berada di bawah kakinya. Dia belari, berjingkrat, berjalan maupun berjungkir balik pengejar misterius tersebut tetap mengejarnya. Kemudia Whodini melihat ke atas langit tidak sengumpal awan pun di atas langit yang ada, hanyalah sinar matahari yang sangat teriknya. Pengejar misterius tersebut semakin lama semakin besar seiring berjalannya petang hari.

Dalam keputussaan dan patah segala harapannya dia memohon kepada pada ke tiga ratus enam puluh administrator tersebut yang duduk diluar arena “Aku menyerah” teriaknya. “Aku tudak akan pernah dapat meloloskan diri dari banyanganku sendiri”. Seperti sudah ada persetujuan sebelumnya, 360 buah batu berhamburan ke dalam arena dan mengarah kepada tubuh korban yang frustasi tersebut tentunya akibatnya fatal, baru beberapa saat tubuhnya menyentuh bumi, akhirnya tubuh yang menyedihkan itu hilang tertibun oleh ratusan batu yang berjatuhan tersebut.

Tak ada seorang pun yang memberi perintah untuk membunuh orang asing tersebut. Seorang jenderal menengah tinggi mengatakan tidak ada seorang pun yang melakukan keselahan dan tidak ada aturan yang dilanggar dalam hal ini. Tidak ada dari ke tiga ratus enam puluh administrator tersebut yang membunuh orang tersebut, dan belum pernah ada seorangpun yang pernah mati karena tertimbun batu, terangnya kepada mereka semua. Tidak ada seorangpun yang berlaku sesuai perintah.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center