Minggatnya Transmigrasi Jawa dari Krueng Ayon (Javanese Transmigration Move from Krueng Ayon)

image (Bekas rumah transmigrasi Jawa di Desa Krueng Ayon, photo by @fadhil)

Sebuah Mobil Penumpang (Mopen) Pick Up L300 yang kami tumpangi memasuki sebuah desa pada suatu petang menjelang magrib sekitar tiga bulan lalu.

A Passenger Cars (Mopen) The Pick Up L300 that we were riding into a village on an afternoon before sunset about three months ago.

Suasana dingin nan sejuk seakan menusuk sampai ke tulang. Dari kejauhan, dua kedai yang terbuat dari kayu nampak berdiri di persimpangan.

Cool and cool atmosphere seemed to pierce to the bone. From a distance, two wooden stalls seem to standing at the intersection.

Di sana, beberapa pria nampak sedang menyeruput kopi. Dari kedai kopi ini, nampak gugusan pegunungan membentang mengelilingi perkampungan.

There, several men appeared to be sipping coffee. From this coffee shop, it appears clusters of mountains stretching around the village.

image

Selebihnya adalah sunyi. Sesekali terdengar suara monyet yang mengerang sambil bercanda di atas pohon. Rumah-rumah penduduk tersusun rapi meski dikelilingi oleh hutan.

The rest is silent. Occasionally a monkey voice moaned while joking in the tree. The houses of the inhabitants are neatly arranged even though surrounded by forest.

Selain itu, terlihat juga sejumlah rumah maupun bangunan tak berpenghuni yang sudah dililit dengan hutan-hutan liar.

In addition, also seen a number of homes and uninhabited buildings that have been wrapped with wild forests.

Menurut penuturan warga setempat, rumah maupun bangunan itu bekas peninggalan transmigrasi Jawa, medio 1999-2002. Mereka minggat dari desa itu karena konflik bersenjata antara GAM-RI tak kunjung selesai.

According to local residents, the house and the building is a relic of transmigration Java, medio 1999-2002. They fled from the village because the armed conflict between GAM-RI was not completed.

image (Bekas rumah transmigrasi Jawa di Desa Krueng Ayon, photo by @fadhil)

Itulah Desa Krueng Ayoen, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya. Tiga bulan lalu, saya mahasiswa UIN Ar-Raniry bersama 11 teman lainnya dititipkan ke desa ini.

That is Krueng Ayoen village, Sampoiniet district, Aceh Jaya district. Three months ago, I was a student of UIN Ar-Raniry with 11 other friends deposited to this village.

Kami diangkut menggunakan mobil penumpang (mopen) L300 Pick Up dari pusat kecamatan Sampoiniet. Sebelumnya, kami terlebih dahulu menempuh perjalanan dari Banda Aceh menggunakan rombongan mobil penumpang (mopen) L300.

We were transported by passenger car (mopen) L300 Pick Up from Sampoiniet district center. Previously, we first traveled from Banda Aceh using L300 passenger cars.

image

Tujuannya yaitu mengabdi untuk masyarakat di sana, atau sering disebut Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM). Ini juga menjadi salah satu syarat yang harus kami penuhi untuk mendafar sidang skripsi.

The goal is to serve the community there, or often called Community Service Lecture (KPM). This is also one of the conditions that we must meet to register the thesis trial.

Untuk mencapai ke sini, ada dua jalan yang bisa diakses yaitu dari Suak, Kecamatan Darul Hikmah dan Lhoek Kruet, Kecamatan Sampoiniet.

To reach here, there are two accessible roads from Suak, Darul Hikmah Sub-district and Lhoek Kruet, Sampoiniet Sub-district.

Jika melalui Kecamatan Sampoiniet, kita harus menempuh jarak kurang lebih 25 kilometer atau melakukan perjalanan sekitar 1 jam dari Lhok Kruet.

If through the Sampoiniet Subdistrict, we have to travel about 25 kilometers or travel about 1 hour from Lhok Kruet.

Sementara melalui kecamatan Darul Hikmah, kita hanya menempuh jarak kurang lebih 10 kilometer atau melakukan perjalanan sekitar 30 menit dari Suak.

While through the district Darul Hikmah, we only travel about 10 kilometers or travel about 30 minutes from Suak.

Kondisi kedua akses menuju ke tempat wisata ini sangat sulit. Kita harus melewati tanjakan yang curam serta jalan berlumpur jika sedang musim hujan.

The second condition of access to this tourist spot is very difficult. We have to go through steep climbs and muddy roads when it's rainy season.

Sepanjang perjalanan, kita bakal disuguhkan pemandangan nan indah berupa hutan berantara, perkebunan sawit, durian, jeruk dan areal persawahan.

Throughout the journey, we will be presented beautiful scenery of intermediate forest, oil palm plantations, durian, oranges and rice fields.

Ironisnya, masyarakat Krueng Ayon hingga kini belum bisa merasakan jaringan internet. Padahal, sebagian warganya memiliki pekerjaan yang mengharuskan terkoneksi dengan internet. Karena, di desa itu terdapat sebuah sekolah tingkat dasar. Namanya, SD Negeri 9 Sampoiniet.

Ironically, the Krueng Ayon community has not been able to feel the internet network yet. In fact, some of its citizens have jobs that require connected to the internet. Because, in the village there is a primary school. His name is SD Negeri 9 Sampoiniet.

image(Suasana Desa Krueng Ayon saat pagi hari, photo by @fadhil)

Apalagi, warga di sana rata-rata sudah memiliki ponsel smartphone. Namun, tak ada jaringan pendukung. Saat ini hanya jaringan Telkomsel 2G. Cukup untuk bisa menelpon dan kirim pesan SMS. Itupun kadang mengalami jaringan yang buruk.

Moreover, residents there on average already have a smartphone phone. However, there is no support network. Currently only 2G Telkomsel network. Enough to call and send SMS messages. Itupun sometimes experience a bad network.

Untuk mendapat jaringan internet, warga di sana harus turun ke Suak, Kecamatan Darul Hikmah atau ke Desa Ligan, Kecamatan Sampoiniet. Untuk mencapai ke dua desa itu, kita harus melewati medan jalan yang berat.

To get internet network, the people there must go to Suak, Darul Hikmah Sub-district or to Ligan Village, Sampoiniet Sub-district. To reach the two villages, we have to pass through a heavy road.

Meski begitu, warga di sana tak pernah mengeluh tentang keadaan. Mereka tetap hidup aman, tentram dan makmur. Hampir 99 persen, warga di sana memiliki pekerjaan sebagai petani sawit.

Even so, residents there never complained about the situation. They stay safe, peaceful and prosperous. Nearly 99 percent, the people there have jobs as oil palm growers.

image

Tgk Ham, salah seorang warga Krueng Ayoen mengatakan, susahnya akses ke desa mereka sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

Tgk Ham, a resident of Krueng Ayoen said, the difficulty of access to their village has been going on for years.

"Kamo han ek lee meupeugah haba, ka padup go ka kamo mengadu bak bupati, tapi jalan hana dipeugot-peugot (kami tidak sanggup lagi berbicara (mengeluh), sudah beberapa kali kami melapor (kondisi jalan) pada bupati, tapi jalan ini tak kunjung diperbaiki)," kata Tgk Ham.

"Kamo han ek lee meupeugah haba, ka padup go ka kamo mengadu bak bupati, tapi jalan hana dipeugot-peugot (we can not afford to talk anymore), we have reported several times (road conditions) to the bupati, repaired), "said Tgk Ham.

image

Sementara, Sekretaris Desa (Sekdes) Krueng Ayon, Mahyuddin mengatakan bahwa sepanjang jalan menuju Desa Krueng Ayon akan dilakukan pengerasan pada Juli 2018 ini.

Meanwhile, Village Secretary (Sekdes) Krueng Ayon, Mahyuddin said that along the road to Krueng Ayon Village will be hardened in July 2018.

“Sebagian akan diaspal, sementara selebihnya akan dilakukan pengerasan dan aspal akan dilakukan pada tahun berikutnya,” kata Mahyuddin sekitar tiga bulan lalu.

"Some will be paved, while the rest will be hardening and asphalt will be done in the next year," Mahyuddin said about three months ago.

Saya berharap Anda menyukainya, terima kasih sudah berkunjung ke blog saya!!!

I hope you like it, thanks for visiting my blog!!!

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center