Sayup derap langkah di ujung jalan
Terhenti di persimpangan
Mengurai keheningan menjadi tawa
Bisu yang berbicara
Buta yg melihat
Sementara hati mulai mengurai batu menjadi kerikil tajam yang siap ku genggam walau perih
Ketika kalbu mulai menggenggam sesosok purnama, akankah hilang?
Aku malam kelam
Ketika kau datang dengan sinarmu itu
Garis-garis senyum penuh warnamu mengalahkan ratusan pelangi menari di ujung jalan itu
Tatapan cahaya lembutmu terus ku pandang di kelamnya malamku
Akankah cahayamu terus menemaniku hingga lelapku?
Mataku pekat tenggelam dalam matamu yang mencairkan batu
Bahkan mataku bisa membaca sebuah puisi di matamu
Hatiku bisa mendengar nyanyian sayup di hatimu
Sesosok purnama, temani aku hingga lelap tidurku