Belajar dari perjalanan kehidupan di dunia ini dari masa ke masa, kita dapat melihat juga bagaimana perjalanan teknologi yang berhubungan dengan ekonomi dan cara manusia bertransaksi. Dulu manusia melakukan transaksi dengan melakukan barter barang secara langsung, sampai kemudian ditemukan cara untuk melakukan transaksi dengan lebih mudah, yaitu dengan menukarkan emas, perak, atau tembaga yang pada tahap selanjutnya inilah yang kemudian menjadi apa yang kita kenal dengan sebutan uang.
Seiring perjalanannya, kemudian orang mulai berpikir bagaimana melakukan transaksi menjadi lebih mudah. Di awal tahun 1900-an berbagai Department Store dan Hotel mewah di Amerika Serikat sudah menggunakan kartu kertas yang diberikan kepada para pelanggan papan atas mereka untuk digunakan sebagai kredit untuk membayar. Selanjutnya di tahun 1948, kemudian berkembang menjadi Diners Club, yang juga terus berkembang dengan adanya Kartu Visa dan Kartu Master, yang dikenal dengan kartu kredit.
Sejak kehadiran internet di dunia, transaksi keuangan ini terus berkembang lebih pesat lagi, mengingat juga kebutuhan dunia untuk bisa mendapatkan transasksi keuangan yang lebih cepat dan mudah. Sejak adanya internet ini, kita kemudian mengenal transaksi yang disebut dengan DIgiCash, WebMoney, E-Gold, dan lain sebagainya, hingga sekarang kita bisa melakukan transaksi keuangan secara online. Sayangnya, semua transaksi tersebut masih memiliki kendala terutama dalam hal kecepatan transaksi, transparansi, dan juga tingginya biaya dalam bertransaksi. Sistem sentralisasi juga membuat para pengguna tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi dan dilakukan dalam setiap proses transaksi tersebut, sehingga sangat memudahkan terjadinya korupsi dan manipulasi.
Di sisi lain, internet yang juga masih bersifat sentralisasi juga memberikan masalah yang besar di dunia ini. Seperti yang sering kita hadapi saat ini, antara lain soal plagiarism, hoax, pencurian data, manipulasi data, dan lain sebagainya, yang memberikan kita beban untuk berkembang. Sistem sentralisasi ini juga tidak membantu masyarakat dunia untuk mendapatkan keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan yang merata sebab apapun masih dikontrol oleh pihak tertentu, yang berorientasi atas kepentingan dan keuntungan pribadi serta kelompok tertentu saja. Salah satu contohnya adalah Facebook yang saat ini sedang menghadapi penolakan dan tuntutan dari berbagai pihak akibat penjualan data dan manipulasi data yang dilakukan, yang tentunya membuat banyak pihak merasa tidak nyaman. Facebook juga bisa tidak peduli atas segala aktivitas buruk dan negatif yang dilakukan oleh para penggunanya, sebab keuntungan mereka didapat dari banyaknya pengguna dan aktivitas yang dilakukan di platform mereka. Semakin ramai, mereka pun semakin diuntungkan, sementara tidak ada satu pun pengguna yang sudah membantu mereka tumbuh besar dan berkembang, yang diberikan pembagian penghasilan langsung oleh Facebook sendiri. Mereka yang bekerja dengan menggunakan Facebook mendapatkan uangnya dari sponsor atau klien mereka yang lain, bukan dari Facebook langsung.
Barangkali inilah yang kemudian membuat geram Satoshi Nakamoto, sehingga kemudian dia mengalihkan perkembangan teknologi dari internet ke intranet, sehingga kemudian muncul teknologi yang disebut dengan blockchain teknologi. Teknologi internet atau P2P ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru, tetapi kemudian setelah dikembangkan berdasarkan atas kesalahan, masalah, serta kendala yang telah terjadi akibat internet di dunia ini, teknolog blockchain ini kemudian menjadi sangat cepat berkembang. Jika dulu orang begitu fokusnya mengembangkan usaha di berbagai bidang dan melakukan berbagai cara menyelesaikan masalah hanya menggunakan teknologi internet, Satoshi Nakamoto justru mengembangkannya dengan teknologi intranet.
Teknologi blockchain ini memungkinkan siapapun di dunia ini untuk bisa melakukan interaksi, termasuk transaksi secara langsung dengan siapapun yang ada di dunia ini dengan lebih terbuka dan transparan. Tidak ada lagi yang bisa ditutupi karena cara untuk bisa berhasil di era digital dengan menggunakan teknologi blockchain ini adalah dengan mampu memberikan bukti yang sesungguhnya, yang diakui bukan oleh sekelompok orang tertentu tetapi oleh komunitas. Bukan hanya komuntias yang bersifat local atau nasional saja pula, tetapi sudah sangat global dan tidak terbatas. Efisiensi kerja juga bisa dilakukan karena transaksi dapat dilakukan tanpa harus menggunakan biaya, dan malah dengan menggunakan skema usaha yang baik dan benar, justru bisa dilakukan dengan tanpa biaya. Sebagai contoh adalah dengan melakukan kegiatan promosi. Jika selama ini, kita harus mengeluarkan uang banyak sekali untuk melakukan kegiatan promosi, dengan memanfaatkan teknologi blockchain kita bisa melakukan promosi dengan biaya yang sangat murah, dan bahkan malah bisa mendapatkan keuntungan. Sehingga promosi tidak lagi menjadi beban biaya pengeluaran, tetapi pindah menjadi investasi yang menguntungkan secara prakteknya.
Ada banyak hal lain yang bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi blockchain ini. Sama seperti ketika kita sudah mengenal internet, kita bisa melakukan banyak sekali dengan menggunakan internet, seperti email, media online, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan intranet, kita bisa mengembangkan banyak sekali dengan menggunakan teknologi blockchain ini. Trading, ICO, dan uang kripto itu hanyalah sebagian kecil saja dari hasil implementasi penggunakan teknologi blockchain ini. Jika harus dibandingkan dengan cara yang lebih mudah, internet bukan hanya sekedar email, technology blockchain pun bukan sekedar uang kripto.
Teknologi blockchain ini mungkin bukan solusi atas segala masalah yang ada, tetapi setidaknya patut kita pelajari mengingat dunia ini terus berjalan dan teknologi pun berkembang dengan sangat pesat. Kita harus mempersiapkan generasi muda di masa mendatang agar mereka memiliki daya saing yang tinggi, jika kita tidak membantu mereka, maka mereka akan sangat ketinggalan. Tidak ada lagi waktu untuk menunggu, mau tidak mau kita harus bisa terus bergerak dengan sangat cepat. Kerjasama dari berbagai pihak, bukan hanya dunia pendidikan, tetapi juga pemerintah, pengusaha, dan bahkan seluruh anggoa masyarakat akan sangat membantu generasi muda yang menjadi tumpuan harapan bangsa ini di masa mendatang bisa menjadi lebih maju, berkembang, dan berkualitas.
Beruntunglah kita semua, pada tanggal 1 November 2018 kemarin, Aspekti telah melakukan kontrak kerjasama bersama dengan Oracle-D, perusahaan pertama pengembang usaha berbasis komunitas menggunakan teknologi blockchain, untuk segera membangun Indonesian Blockchain Technology Insitute di Indonesia, dalam acara Seminar dengan tema Penerapan Teknologi Blockchain Untuk Meningkatkan Kualitas Perguruan Tinggi dan Perekonomian Indonesia, yang berlangsung di Hotel Bailarung, Matraman, Jakarta. Ini adalah hari yang sangat bersejarah, karena sebelumnya belum pernah ada sebuah institusi di dunia ini yang fokus dalam upaya memberikan pendidikan tentang teknlogi blokchcian ini, berikut penerapannya. Sudah ada banyak kursus tentang blockchain teknologi ini yang dilakukan di banyak kampus terkenal dunia, seperti MIT di Amerika Serikat dan Oxford di Inggris, namun Indonesia menjadi Negara pertama yang mendirikan sebuah lembaga pendidikan pertama khusus tentang blockchain teknologi ini.
Diharapkan kehadiran lembaga pendidikan ini, Indonesia bisa mendidik generasi muda masa depan untuk bisa lebih maju dan berkembang. Lebih luasnya lagi, lembaga ini bisa menjadi pusat pendidikan tentang teknologi blockhain baik bagi para pengusaha dan professional di seluruh dunia. IBTI akan mendatangkan para praktisi dan pakar tentang teknologi blockchain ini baik dari dalam negeri maupun luar negeri serta menyiapkan materi pendidikan baik secara online maupun offline, yang disiapkan sesuai dengan tingkat kebutuhan masing-masing peserta pendidikan.
Semoga ke depannya, Indonesia bisa menjadi lebih maju dan terkenal serta diakui dunia, sebagai sebuah Negara yang memang memiliki kualitas pendidikan tinggi, aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Jakarta, 1 November 2018
Salam hangat selalu,
Mariska Lubis, SE, MIntS.
Ketua Hubungan Luar Negeri dan Telematika Aspekti