Petaka di Lantai Bursa, Apa yang Salah?

5a5c4b0422cc5-kondisi-terkini-robohnya-gedung-bursa-efek-indonesia_663_382.jpg
Konstruksi selasar lantai I gedung Bursa Efek Indonesia tower II ambruk pada Senin, 15 Januari 2018, sekitar pukul 12.10 WIB. Akibat kejadian tersebut 77 orang menjadi korban dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit.

Siang itu, sebanyak 93 mahasiswa asal Universitas Bina Darma Palembang, Sumatera Selatan diketahui sedang melakukan kunjungan lapangan ke Bursa Efek Indonesia, dan mereka menjadi korban ambruknya selasar tersebut.Ambruknya selasar pada awal pekan perdagangan saham tersebut menjadi perhatian publik Tanah Air. Sejumlah pihak menilai kejadian ini sebagai hal aneh dan seharusnya tidak terjadi di gedung yang terkenal modern ini.

Seperti halnya pihak Kepolisian menilai hal ini adalah kejadian aneh dan tak mungkin terjadi alias freak accident. Sedangkan, sejumlah pakar termasuk laporan awal Kementerian PUPR menilai ini adalah kegagalan konstruksi.

Pakar konstruksi yang juga seorang arsitek, Dori Herlambang, mengungkapkan ada sejumlah kejanggalan dari ambruknya selasar yang menghubungkan dua tower di gedung BEI tersebut.

Menurut dia, dari beberapa tayangan video amatir yang tersebar, tampak jika selasar kantilever atau menggantung ini ada yang janggal. Sebab, seharusnya bangunan ini ditopang balok sejak awal dibuat dan terhubung bangunan inti.

Selain itu, kejanggalan terlihat dari struktur tambahan selasar yang dibuat dari balok-balok baja yang hanya ditempel ke dinding. Padahal menurut Dori, bangunan inti pada gedung bertingkat tidak boleh hanya ditempel karena daya cengkramnya kurang kuat.

"Bangunan tambahan sebuah gedung tetap harus mengandalkan balok terusan dari gedung intinya, tidak boleh hanya sekadar menempel," kata Dori dihubungi VIVA, Senin 15 Januari 2018.
()
Sementara itu, atas kejadian tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pun langsung melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kegagalan bangunan dan mencegah kejadian serupa tak terulang.

Kementerian PUPR kemudian menugaskan Direktorat Jenderal Cipta Karya membentuk tim untuk melaksanakan kajian teknis. Adapun metodologi yang dilakukan berupa wawancara, pengamatan visual, analisis foto dan CCTV.

Pada kesempatan tersebut, Tim dari Ditjen Cipta Karya mendatangi lokasi kejadian pada Senin 15 Januari 2018 pukul 15.00 WIB, tim mewawancarai pengelola gedung, diskusi dengan anggota REI dan bertemu Polres Jakarta Selatan.

Dari hasil pemeriksaan awal tersebut diduga konsentrasi beban terkumpul pada salah satu titik selasar yang mengakibatkan salah satu penggantung terlepas dari dudukannya di atas dan memicu penggantung lainnya turut lepas.

Selain itu, beban momen yang terjadi tidak mampu dipikul oleh tumpuan pada dinding vertikal dan memicu kegagalan bangunan. Sehingga, ke depan atas temuan tersebut perlu pemeriksaan detail terhadap dokumen pembuatan gedung.
5a5c4e677e601-balkon-tower-2-gedung-bursa-efek-indonesia-bei-roboh_663_382.jpg

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center